Tanda Mata Dari Warga untuk Korps Pemadam Kebakaran Jakarta

By Mahandis Yoanata Thamrin, Jumat, 15 Januari 2021 | 00:34 WIB
Mobil pemadam kebakaran Brandweer Batavia pada awal abad ke-20. (Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Provinsi DKI Jakarta)

Setimpalkah apa yang mereka terima dari perlakuan warga dibanding dengan darma yang telah mereka tunaikan? Jawabnya, petugas tak pernah berpikir tentang balasannya. Mereka hanya menjawab panggilan kemanusiaan untuk menolong. Ketulusan sudah menjadi tekad mereka. Namun masih saja ada warga yang mengira untuk memanggil bantuan petugas pemadam dibutuhkan biaya. Sikap warga tersebut membuat hati sebagian petugas sedih dan mengelus dada.

Akhirnya, di kota ini para petugas pemadam kebakaran kerap mendapat cacian warga—atas alasan terlambat atau sulitnya mendapat pasokan air. Namun, banyak pula warga yang menyanjungnya sebagai pahlawan metropolitan—yang terlupakan oleh hiruk-pikuknya kehidupan. 

Wahyudi, seorang petugas pemadam kebakaran DKI Jakarta mengisahkan ketika ia dan pasukannya tengah duduk letih di pinggir jalan usai pemadamaman di daerah dekat Stasiun Tanah Abang. Tiba-tiba seorang perempuan menghampirinya sambil memberikan sebungkus ongol-ongol, jajanan khas betawi. “Seorang gadis cantik memberikan bungkusan sambil mengucapkan terima kasih kepada saya dan berlalu begitu saja,” kenang Wahyudi. “Di tengah cacian warga yang tak puas dengan kinerja pemadam kebakaran, masih ada saja orang yang peduli dengan kami,” ucapnya.