Ancaman Virus Nipah Akibat Rusaknya Habitat Kelelawar di Asia

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 27 Januari 2021 | 17:32 WIB
Ilustrasi Virus (Zika Zakiya)

Namun yang mengherankan bagi mereka, meski temuan itu ada di Kamboja, tetapi negara itu belum mengalami pagebluk virus Nipah. Kondisi ini menjadi teka-teki para ilmuwan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai jangka waktu mutasi sehingga dapat menyerang manusia.

Sampai saat ini belum ada laporan temuan kasus virus Nipah di Indonesia. Tetapi demi mengantisipasi adanya penyebaran, Kementerian Kesehatan Indonesia menghimbau agar setiap elemen tetap waspada.

Baca Juga: Virus Langka yang Belum Bisa Disembuhkan Tewaskan Sembilan Warga India

"Indonesia harus selalu waspada terhadap potensi penularan virus nipah dari hewan ternak babi di Malaysia melalui kelelawar pemakan buah," imbau Didik Budijanto, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes RI, dilansir dari CNN Indonesia.

"Karena dari beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya kelelawar buah bergerak secara teratur dari Semenanjung Malaysia ke Pulau Sumatra, khususnya Sumatra Utara yang dekat dengan Malaysia," imbaunya.

Menurutnya, pengawasan juga perlu diadakan pada perdagangan babi impor ilegal yang menjadi peluang penyebaran awal virus Nipah.

Selaras dengan keterangan Didik, para ilmuwan dari Amerika Serikat mengimbau agar otoritas dunia—khususnya di Asia Tenggara dan Afrika Tengah—untuk menekan tindak perburuan dan perdagangan satwa ilegal yang memicu pagebluk. Langkah ini lebih baik daripada harus membasmi satwa sumber virus yang menyebabkan tidak seimbangnya ekosistem, dan dapat berdampak kembali pada manusia.

Indonesia memiliki banyak jenis kelelawar, yang menjadi sumber awal penyebaran virus. Kelelawar diburu secara ilegal dan didagangkan secara masif, terutama di Pulau Sulawesi, sebagaimana yang dipaparkan oleh Joko Pamungkas, Peneliti Senior Pusat Studi Satwa Primata IPB pada 12 Februari 2020.