Vaksin Sinovac dan Merah Putih, Solusi Tuntaskan Pagebluk di Indonesia

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 2 Februari 2021 | 09:15 WIB
Ilustrasi vaksin. (Thinkstock)

Nationalgeographic.co.id—Setahun pagebluk Covid-19, para ilmuwan telah mengembangkan beragam vaksin yang masih diuji klinis. Pemerintah Indonesia pun telah mengekspor vaksin Sinovac dari Tiongkok yang bekerja sama dengan perusahaan Bio Farma.

Vaksin Sinovac sendiri telah mengantongi EUA (Emergency Use Authorization) dari BPOM dengan efikasi 65,3 persen. EUA merupakan perizinan edar vaksin dan obat saat kondisi darurat yang dinilai sudah cukup aman digunakan secara ilmiah. Meski EUA sudah berlaku, uji klinis tahap lanjut harus tetap dilaksanakan agar dapat digunakan—terutama setelah pagebluk berakhir.

Sedangkan efikasi merupakan tingkat penurunan virus pada golongan orang yang divaksinasi dalam konteks kuantitatif penelitian. Angka persentase efikasi ditentukan dari perkiraan dampak vaksin pada penularan virus terhadap golongan yang tak dapat divaksinasi.

Golongan masyarakat yang tak mendapatkan vaksinasi saat ini, menurut Satgas Penanggulangan Covid-19, merupakan ibu hamil dan menyusui, dan di luar usia produktif 18-59 tahun. Padahal di luar negeri mengizinkan vaksin dapat digunakan untuk ibu hamil dan menyusui.

Baca Juga: Penyakit-Penyakit yang Mungkin Terlupakan Karena Efektifitas Vaksin

Menanggapi hal itu, direktur LBM Eijkman Amin Soebandrio, menjelaskan karena vaksin yang ada di Indonesia berbeda dari jenis vaksin di negara-negara yang memperbolehkan. Tetapi ia menyebut, beberapa profesi bisa saja diperbolehkan divaksin bila mendapatkan rekomendasi atas izin tertentu dari otoritas tertentu lewat pendekatan ilmiah.

“Kalau tidak ada riset dasarnya bisa dianggap malpraktek,” terangnya dalam webinar Kupas Tuntas Vaksin Covid-19: Kita SIAP Divaksinasi yang diadakan Yayasan Orang Tua Peduli.

Mengenai mengapa di luar usia 18-59 tak menjadi target vaksinasi, karena bayi belum memiliki ketahanan tubuh yang matang untuk menerima vaksin. Sedangkan yang berusia 60 ke atas terjadi penuaan dari respon imun sehingga dapat berisiko tinggi.

Usia 18-59 merupakan umur produktif yang biasanya berkegiatan di rumah, sedangkan di luar itu lebih sering berkegiatan di dalam rumah. Demi mencapai target kekebalan komunal, vaksinasi diberikan pada golongan produktif.

“Nah kalau mereka [golongan usia produktif] tidak diberikan terlebih dahulu, akan terpapar virus di luar, dan membawa oleh-oleh virus ke orang yang di rumah. Ini tentu tidak mau terjadi, yang kita inginkan mereka semua terlindungi sehingga tidak tertular virus, tidak sakit, dan menjadi penularan pada vulnerable (golongan usia non produktif),” jelasnya.

Baca Juga: Kematian Akibat COVID-19 Mencapai Satu Juta, Jumlahnya Bisa Berlipat Ganda Tanpa Vaksin

Namun di sisi lain, proses vaksinasi Sinovac sendiri membuat penerimanya menjadi positif setelah disuntik. Soebandrio berpendapat bahwa vaksin saat ini tak ada yang menggunakan virus Covid-19 hidup yang dilemahkan, sehingga jika paparan karena vaksin sendiri adalah mustahil.