Nationalgeographic.co.id – Menurut data dari John Hopkins University, sudah ada lebih dari satu juta orang di dunia yang meninggal akibat COVID-19. Dan sayangnya, angka tersebut kemungkinan bisa meningkat.
Dilansir dari IFL Science, pihak berwenang khawatir jumlah kematian akan mencapai dua juta sebelum vaksin yang layak berhasil dikembangkan dan diluncurkan.
Dari satu juta kematian saat ini, lebih dari setengahnya terjadi di Amerika Serikat (lebih dari 205 ribu kematian yang dikonfirmasi), Brasil (142 ribu), (India 96 ribu) dan Meksiko (76.600 kematian).
Baca Juga: Mencegah Kematian Akibat Happy Hipoxia, Ini yang Bisa Dilakukan
Kurang dari sepuluh bulan setelah virus corona dikonfirmasi pertama kali di kota Wuhan, Tiongkok, wabah tersebut memberikan dampak besar di seluruh dunia. Membawa penderitaan yang tak terukur pada kehidupan.
“Dunia tengah menghadapi sejarah yang menyedihkan: hilangnya satu juta nyawa akibat pandemi COVID-19. Angka yang sangat mengejutkan,” kata António Guterres, Sekretaris Jenderal PBB, dalam sebuah pesan video, Selasa (29/9).
“Meski begitu, kita tidak boleh melupakan setiap kehidupan individu. Mereka adalah ayah, ibu, istri, suami, anak, saudara, teman dan juga kolega. Rasa sakitnya bertambah besar karena kebuasan penyakit COVID-19,” imbuhnya, seperti yang dikutip dari IFL Science.
Peneliti mengatakan, jumlah kematian yang sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi dari angka yang dilaporkan. Mengingat ada pengujian dan pelaporan yang tidak memadai atau tidak konsisten di beberapa wilayah—juga dugaan penyembunyian oleh beberapa negara.
Baca Juga: Kadar Serotonin Rendah Sebabkan Depresi, Berikut Cara Meningkatkannya
Dalam beberapa waktu mendatang, para ahli kesehatan memperkirakan, jumlah kematian saat ini bisa berlipat ganda menjadi dua juta karena vaksin belum siap. Apalagi dengan musim dingin yang semakin dekat di Belahan Bumi Utara.
“Bukan tidak mungkin jumlah kematian akan bertambah saat vaksin belum tersedia. Bahkan saya bisa mengatakan bahwa itu sangat mungkin terjadi (jumlah kematian berlipat ganda),” ungkap Dr. Michael Ryan, Kepala Program Darurat PBB.
Hingga sekarang, masih belum jelas kapan target vaksin bisa tercapai—diharapkan pada pertengahan 2021.
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR