Nationalgeographic.co.id - Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengesahkan protokol untuk pengujian obat-obatan herbal dari Afrika sebagai potensi penanganan virus corona dan epidemi lainnya.
COVID-19 telah mengangkat isu penggunaan obat-obatan tradisional untuk memerangi penyakit kontemporer. Pada akhirnya, itu mendorong pengujian dengan kriteria serupa yang biasanya dikembangkan oleh laboratorium di Asia, Eropa atau Amerika.
Beberapa bulan lalu, Presiden Madagaskar mempromosikan minuman dari artemisia, tanaman dengan khasiat yang terbukti pada pengobatan malaria.
Baca Juga: Vaksin-vaksin COVID-19 yang Sedang Dalam Tahap Pengembangan
Pada Sabtu (19/9) lalu, para ahli dari WHO dan beberapa organisasi se[erti Africa Centre for Disease Control and Prevention serta African Union Commission for Social Affairs, diketahui “mengesahkan protokol uji klinis fase III obat herbal untuk COVID-19. Juga mengembangkan kerangka acuan untuk pembentukan data dan pemantauan keamanan uji klinis obat herbal”.
"Uji klinis fase III sangat penting dalam menilai keamanan dan kemanjuran sebuah produk medis baru,” ungkap WHO dalam sebuah pernyataan.
Prosper Tumusiime, direktur egional WHO, mengatakan, jika obat tradisional ditemukan aman, berkhasiat, dan terjamin kualitasnya, maka WHO akan merekomendasikannya untuk diproduksi dalam skala besar.
"Serangan COVID-19, yang kurang lebih mirip dengan wabah Ebola di Afrika Barat, telah menyoroti perlunya penguatan sistem kesehatan dan percepatan program penelitian dan pengembangan, termasuk pada obat-obatan tradisional,” ungkapnya.
Terkait obat herbal tersebut, WHO tidak merujuk secara khusus pada minuman Madagaskar, COVID-Organics (CVO) yang direkomendasikan oleh Presiden Madagaskar.
Namun, saat ini CVO telah didistribusikan secara luas di Madagaskar dan dijual ke beberapa negara lain di Benua Afrika sehingga menimbulkan kekhawatiran.
Baca Juga: Kadar Serotonin Rendah Sebabkan Depresi, Berikut Cara Meningkatkannya
Pada Mei lalu, Direktur WHO Afrika, Matshidiso Moeti, mengatakan kepada media bahwa pemerintah Afrika telah berkomitmen sejak tahun 2000 untuk selalu melakukan uji klinis pada "obat tradisional" seperti obat-obat lain pada umumnya.
"Saya dapat memahami kebutuhan dan dorongan untuk menemukan sesuatu yang dapat menangani virus ini. Namun, meski begitu, kami sangat ingin mendorong proses ilmiah seperti komitmen pemerintah,” pungkasnya.
Source | : | Science Alert,AFP |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR