Nationalgeographic.co.id – Perusahaan farmasi, AstraZeneca, mengungkapkan pada Selasa (8/9) bahwa mereka telah menunda uji klinis vaksin COVID-19—termasuk uji coba tahap akhir yang besar—setelah muncul ‘penyakit yang tidak bisa dijelaskan’ pada partisipan penelitian.
Vaksin yang dikembangkan bersama University of Oxford ini disebut-sebut sebagai kandidat vaksin global terkemuka untuk melawan virus corona. Oleh sebab itu, penundaan uji coba meredupkan potensi peluncuran vaksin COVID-19 pada akhir tahun 2020.
“Ini adalah tindakan rutin yang harus dilakukan setiap kali muncul penyakit yang tidak dapat dijelaskan pada percobaan,” ungkap pihak AstraZeneca melalui e-mail yang dikutip dari New York Times.
“Dalam uji coba besar, penyakit akan muncul, tapi harus ditinjau lebih lanjut dan memeriksanya dengan cermat,” imbuh mereka.
Baca Juga: Mencegah Kematian Akibat Happy Hipoxia, Ini yang Bisa Dilakukan
Stat News, yang pertama kali melaporkan tentang penangguhan vaksin AstraZeneca, mengungkapkan bahwa itu berkaitan dengan “dugaan reaksi merugikan yang serius”.
Sifat penyakit yang muncul dan kapan itu terjadi, tidak dijelaskan secara rinci. Namun, peserta dikabarkan sedang dalam tahap pemulihan.
Uji coba vaksin bernama AZD1222 ini sedang berlangsung pada tahap yang berbeda di Inggris, Amerika Serikat, Brasil, Afrika Selatan dan India. Uji coba juga direncanakan di Jepang dan Rusia.
Masih belum jelas bagaimana insiden ini akan memengaruhi pengembangan vaksin AstraZeneca dan Oxford di masa depan. Saham AstraZeneca dilaporkan jatuh setelah berita tentang penundaan diumumkan, seperti yang dilansir dari Science Alert.
Efeknya pun dapat meluas lebih jauh, termasuk memengaruhi uji klinis yang dilakukan oleh produksi vaksin lain.
Baca Juga: Kasus Infeksi Ulang COVID-19 Ditemukan di Beberapa Negara
Meski begitu, pada Selasa (8/9), sembilan pengembang vaksin di Amerika Serikat dan Eropa telah berjanji untuk selalu menjunjung tinggi keamanan ilmiah dan menegakkan standar keamanan pada uji coba meski pandemi semakin parah.
Perusahaan-perusahaan besar, termasuk AstraZeneca, Moderna dan Pfizer, melakukan apa yang mereka sebut sebagai "perjanjian bersejarah" tersebut karena khawatir standar keselamatan mungkin akan diabaikan saat menghadapi tekanan politik untuk segera mengeluarkan vaksin.
Source | : | New York Times,statnews,Science Alert |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR