Nationalgeographic.co.id – Menurut sebuah studi terbaru, orang-orang dewasa muda menjadi ‘superspreader’ dari virus corona.
Mereka yang berusia di bawah 60 tahun berisiko tiga kali lipat menularkan virus tersebut kepada orang lain dibanding lanjut usia, ungkap para peneliti dari Emory University and the Georgia Department of Public Health.
Baca Juga: Kasus Infeksi Ulang COVID-19 Ditemukan di Beberapa Negara
Para peneliti menganalisis kasus COVID-19 di Georgia, antara Maret dan Mei, dan menemukan fakta bahwa orang-orang muda cenderung menyebarkan penyakit ini ke yang lainnya, dikutip dari New York Post.
“Studi kami menunjukkan bahwa COVID-19, 2,78 kali lebih banyak ditularkan dewasa muda,” tulis peneliti pada studi yang dipublikasikan pada Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America.
Mereka menambahkan, oleh sebab itu, studi tersebut memiliiki impilikasi penting pada kebijakan pelonggaran pembatasan sosial, juga dalam merancang langkah-langkah pengendalian yang optimal.
Penelitian dilakukan setelah Badan Kesehatan Dunia (WHO) menekankan peran besar orang dewasa muda dalam menyebarkan virus.
“Orang-orang berusia 20-an, 30-an, dan 40-an, meningkatkan penyebaran virus,” ungkap Takeshi Kasai, direktur regional WHO Pasifik Barat, dalam briefing bulan ini.
“Banyak dari mereka yang tidak sadar bahwa sudah terkena COVID-19. Hal inilah yang meningkatkan risiko penularan pada kelompok yang lebih rentan,” tambahnya.
Baca Juga: Kesehatan Mental Anak Muda dan Kelompok Minoritas Menurun Selama Pandemi
Hal yang sama juga disampaikan oleh Dr. Anthony Fauci, anggota gugus tugas virus corona di AS, pada akhir Juni lalu. “Banyak anak muda yang terinfeksi COVID-19 akibat sering berkerumun dan bersenang-senang dengan banyak orang,” katanya.
“Hal yang benar-benar perlu disadari adalah ketika Anda melakukannya, Anda adalah bagian dari suatu proses. Jadi jika terinfeksi, Anda juga akan menulari orang lain,” tuturnya.
Meskipun individu muda secara statistik lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal akibat COVID-19, tapi mereka tetap tidak kebal dari virus corona. Banyak orang berusia 20-an memiliki masalah kesehatan jangka panjang sejak tertular penyakit tersebut.
Source | : | New York Post |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR