Nationalgeographic.co.id – Beberapa jam setelah kasus reinfeksi dilaporkan di Hong Kong pada Senin lalu, seorang wanita juga di Belgia juga dikabarkan mengidap COVID-19 untuk yang kedua kalinya.
Ahli virus di Belanda juga mengumumkan bahwa orang lanjut usia di sana menjadi pasien ketiga yang terkonfirmasi mengalami infeksi ulang COVID-19.
Para ahli menggunakan uji genetika, di mana mereka membandingkan versi virus pada infeksi pertama dan kedua. Ini dilakukan untuk memastikan infeksi ulang ini adalah kasus berbeda—bukan virus yang bertahan dari infeksi pertama.
Baca Juga: Kesehatan Mental Anak Muda dan Kelompok Minoritas Menurun Selama Pandemi
Dilansir dari Science Alert, para ahli sebenarnya telah mengantisipasi reinfeksi virus corona seperti ini dari beberapa bulan lalu.
“Kita bisa saja terinfeksi kembali ketika imun menuru,” ungkap Florian Krammer, ahli virus dan ilmuwan vaksin dari Icahn School of Medicine.
Di sisi lain, Maria van Kerkhove, pemimpin teknis COVID-19 di WHO, menyatakan tiga kasus reinfeksi tersebut, bukan alasan menjadi panik. Sebaliknya, itu menunjukkan bagaimana infeksi sebelumnya dapat memberi perlindungan yang layak dari virus corona lainnya.
Baca Juga: Bagaimana Peneliti Bisa Mendeteksi Virus Corona Pada Kucing?
Menurut Krammer, reinfeksi ini umumnya akan lebih ringan dari yang pertama. “Jika Anda terinfeksi ulang, itu adalah penyakit yang telah dilemahkan,” katanya.
"Kami perlu memastikan bahwa orang-orang memahami bahwa ketika mereka terinfeksi, hal tersebut mengembangkan respons kekebalan,” imbuh Krommer.
Meski kasus reinfeksi terjadi, tapi bukan berarti penularan yang pertama tidak melindungi kita sama sekali. Hal ini juga berlaku dengan vaksin, meski ia tidak bisa mencegah orang-orang terinfeksi, tapi setidaknya vaksin dapat membantu sistem imun kita dalam melawan penyakit ini dengan lebih baik.
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR