Temuan Fosil Stegodon trigonocephalus di Sumedang Siap Direkonstruksi

By Utomo Priyambodo, Selasa, 2 Februari 2021 | 12:30 WIB
Bagian fosil Stegodon trigonocephalus yang ditemukan di Sumedang, Jawa Barat. (Tim Laboratorium Paleontologi Institut Teknologi Bandung)

Seharusnya, proses analisis kuantitatif dan rekonstruksi bagian-bagian fosil dari spesies bernama ilmiah Stegodon trigonocephalus itu dijadwalkan selesai pada 2020 lalu. Namun karena adanya pandemi Covid-19 yang hingga saat ini masih menggegerkan dunia, kedua proses tersebut jadi tertunda dan berjalan lambat. Namun begitu, tim peneliti ITB optimistis hasilnya bisa keluar pada tahun 2021 ini

Hal serupa juga dikatakan Iwan Kurniawan, Kepala Museum Gelogi Bandung. “Iya, kami harapkan proses rekonstruksi fosil Stegodon bisa selesai tahun ini,” ujarnya saat dihubungi National Geographic Indonesia secara terpisah pada awal tahun 2021 ini. Iwan mengatakan proses rekonstruksi terhambat karena museum sempat ditutup dan kini ada kebijakan hanya 25% pegawai yang boleh masuk.

Dari hasil analisis kualitatif yang telah dilakukan, tim peneliti ITB telah mengidentifikasi ciri-ciri Stegodon tersebut. Berdasarkan 85% bagian fosil yang telah ditemukan, Stegodon tersebut diperkirakan berukuran sangat besar.

“Tingginya bisa 4 meter lebih, panjangnya dari ujung gading sampai ekor itu sekitar 6-7 meter, dan lebarnya sekitar 2,5 sampai 3 meter,” papar Zaim yang menyebut panjang lurus dari bagian gading yang ditemukannya saja mencapai 3,3 meter, sedangkan panjang lengkungnya mencapai 3,6 meter.

Baca Juga: Peneliti ITB Temukan Gading Stegodon Berusia 1,5 Juta Tahun di Majalengka

Bagian fosil Stegodon yang ditemukan di Sumedang, yang sedang disiapkan untuk pengangkatan. (Institut Teknologi Bandung)

Berdasarkan bentuk dan ukuran bagian-bagian fosil itu pula, Stegodon tersebut ditaksir telah mencapai umur dewasa, bahkan tua, ketika mengembuskan napas terakhirnya. Mika Rizki Puspaningrum, peneliti yang juga terlibat dalam tim riset Stegodon ini, sebelumnya pernah menjelaskan bahwa ujung kedua gading Stegodon tersebut besar dan sudah sangat aus sehingga besar kemungkinan spesies tersebut sudah tua ketika mati.

“Karena kalau dia masih muda, gadingnya itu akan bulat bagian depannya,” ujarnya. “Jadi, dia semakin tua itu, semakin pipih bagian ujung gadingnya. Jadi terpoles gitu.” Kedua ujung gading Stegodon itu bisa sangat aus karena “sering kegesrek dipakai untuk nyari makanan” dan “sering dipakai untuk bertarung.”

Berdasarkan lapisan tanah tempat penemuannya, fosil itu diperkiran berusia sekitar 1,5 juta tahun. Artinya, gajah purba setinggi empat meter dan sepanjang enam atau tujuh meter yang pernah hidup di wilayah Indonesia, tepatnya di Sumedang. Stegodon itu kemungkinan besar memiliki kelompok sehingga berarti ada gajah-gajah purba raksasa lainnya yang tinggal di Jawa Barat kala itu. 

Baca Juga: 28 Fragmen Fosil Gajah Purba Stegodon Ditemukan Di Wilayah Pati

Salah satu temuan fosil Stegodon yang sudah direkonstruksi, koleksi Museum Geologi Bandung. (Museum Geologi Bandung)