Wabah COVID-19, Peluang Perempuan Indonesia untuk Akrabi Teknologi

By Utomo Priyambodo, Kamis, 4 Februari 2021 | 17:00 WIB
Ada 5 tantangan perempuan Indonesia dalam berwirausaha, menurut riset Google terbaru. (ijeab)

Nationalgeographic.co.id—Wabah COVID-19 kini telah menjadi ancaman yang mematikan bagi seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Kedatangannya yang tiba-tiba ini telah membuat pemerintah dan masyarakat bingung dan gapap dalam menghadapinya.

Salah satu kebijakan pemerintah untuk menghadapi pagebluk ini adalah membatasi kegiatan di luar rumah dan menuntut masyarakat menghindari keramaian. Pemerintah juga menuntut semua sekolah untuk menerapkan belajar dari rumah (learning from home) bagi para muridnya dan perusahan-perusahaan untuk menerapkan bekerja dari rumah (work from home) bagi sebagian karyawannya.

Kebijakan belajar dari rumah ini tentu membuat para ibu gagap dan bingung para awalnya karena belum terbiasa. Namun, di balik itu semua, menurut hasil sebuah riset, kondisi ini memberikan hikmah bagi para perempuan Indonesia, terutama para ibu. Menurut riset yang disusun oleh Setyasih Harini, Damayanti Suhita, dan Andri Astuti Itasari dari Universitas Slamet Riyadi Surakarta ini, wabah COVID-19 ini memberikan sejumlah peluang bagi perempuan Indonesia.

Baca Juga: Usaha Etnis Tionghoa Menginspirasi Gerakan Kemerdekaan Indonesia

Dalam laporan hasil riset yang telah dipublikasikan di SALASIKA: Indonesian Journal of Gender, Women, Child, and Social Inclusion's Studies pada Desember 2020 lalu, tim peneliti menyimpulkan pagebluk COVID-19 ini merupakan kesempatan bagi perempuan Indonesia sebagai warga negara untuk mengalami perubahan sosial. Salah satu halnya, tulis mereka, globalisasi menuntut perempuan untuk memahami dan menggunakan teknologi informasi dengan lebih baik.

“Para perempuan, khususnya para ibu, diajak untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk membimbing dan memfasilitasi pembelajaran anak dari rumah,” tulis mereka di dalam jurnal tersebut.

Dalam riset ini, tim peneliti mengumpulkan data dari beberapa responden yang berdomisili di wilayah Surakarta. Studi dalam riset berkaitan dengan aktivitas para ibu yang mendadak menjadi pengajar online bagi anak-anak mereka hingga aktivitas anak mereka di rumah.

Para ibu yang menjadi responden dalam riset ini memiliki latar belakang pendidikan dan status sosial yang beragam. Ada ibu rumah tangga, ada pula yang merupakan ibu bekerja. Ada yang hanya lulusan SMA, ada pula yang sempat mengenyam pendidikan di bangku kuliah.

Baca Juga: Perubahan Iklim Turut Menurunkan Kedatangan Turis di Indonesia?

Sebagian responden mengungkapkan kebingungan mereka saat menerima perintah dari sekolah anak mereka untuk melakukan pembelajaran dari rumah. Mereka bingung karena tidak dapat menggunakan perangkat teknologi untuk mengajarkan anak-anak mereka dan sinyal internet yang buruk di rumah.

Responden lain mengatakan bahwa mereka belum siap untuk belajar secara online mengingat kesibukan mereka sebagai wanita karier di luar rumah. Sebagian responden lain menyampaikan perlunya persiapan mendidik anak secara online. Intinya, tanggapan para responden itu menunjukkan bahwa masyarakat belum siap untuk melaksanakan pembelajaran online dari rumah.

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan pembelajaran online sejak 16 Maret 2020. Pembelajaran dilakukan dari masing-masing rumah, yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh Ruangguru, Zenius, Google, Microsoft, Quipper, dan Sekolahmu. Semua fasilitas yang disediakan oleh pemerintah untuk memfasilitasi pembelajaran online itu gratis.