Menelusuri Kapal Perang Dunia II Belanda yang Terbenam di Laut Jawa

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 8 Februari 2021 | 13:29 WIB
Lukisan ilustrasi pertempuran Laut Jawa 1942 yang jadi kunci kekalahan sekutu terhadap Kekaisaran Jepang di Perang Dunia II. ( J. van der Ven/Navy Museum Den Helder)

Baca Juga: Sisa Reruntuhan Salah Satu Masjid Tertua di Dunia Ditemukan di Israel

Kedua belah pihak kemudian membahas di track kedua. Bertujuan menyelidiki skenario tentang apa yang terjadi pada bangkai kapal dan siapa yang mesti bertanggung jawab berdasarkan hukum.

“Dari awal track [kedua] ini, ada pemahaman antar kedua pemerintah bahwa ini bisa menjadi babak tersulit dan sensitif bagi keduanya. Di satu sisi penyelamatan bangkai kapal kemungkinan besar sangat tipis, tetapi masalah besar yang mengakibatkan perpecahan bisa muncul dari perihal kepemilikan resminya,” tulis Shinatria bersama tim.

Secara kepemilikan berdasarkan bendera memanglah milik Belanda, tetapi juga sekaligus milik Indonesia dalam konteks teritorial. Jalur ini kemudian disepakati dalam pertemuan track ketiga sebagai tanggung jawab bersama.

Pada track ketiga, kedua belah pihak membuat rencana untuk kerja sama. Kerja sama ini disepakati pada Februari 2017 antara Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu pengetahuan belanda dengan Kemendikbud Indonesia.

Kerja sama itu kemudian menghasilkan eksekusi bersama untuk penyelaman pada Juni 2019 antara PUSLIT ARKENAS dan Cultural Heritage Agency of the Netherlands (RCE). Penyelidikan itu diselenggarakan pada Juni selama 10 hari di lokasi tiga bangkai kapal Belanda itu. Tujuannya adalah memetakan dasar laut secara sitematis di lokasi tersebut.

Menggunakan kapal Baruna Jaya II, ekspedisi penelitian itu berhasil mendokumentasikan dasar laut menggunakan teknik magnetometer, multibeam echosunder, ROV, pemindaian sonar, dan sub-bottom profiler.

Baca Juga: Manisnya Pabrik Gula Era Hindia Belanda yang Kini Masih Terasa

Kondisi ketiga situs dilaporkan sebagai berikut:

Pada HNLMS Java yang ditumpangi Karel Doorman di masa lalu secara kasatmata hanya menyisakan cekungan, dan ditemukan bahan logam tepat di bawah sedimen berpasir, kotak kartrid sepanjang 15 cm. Banyak ditemukan sisa-sisa pengangkutan ilegal di lokasi.

Hampir sama dengan HNLMS Java, HNLMS De Ruyter kondisinya sekitar 5%. Terdapat puing-puing kecil, tidak ditemukan benda pribadi yang dapat mendokumentasi sejarah. Sebagian kapal juga ditemukan terkubur di pasir dasar laut, dan ditemukan pula sisa-sisa pengangkutan paksa seperti tali tebal.

HNLMS Kortenaer memiliki kondisi yang lebih baik, 85 hingga 90% ditemukan utuh sebagaimana laporan dari tahun 2016. Tinggi kapal itu mencapai 10 meter di dasar laut, dengan sisi logam yang rusak dan penyok akibat usaha pengangkutan ilegal.