Studi Jelaskan Bagaimana Perubahan Iklim Memicu Pagebluk Covid-19

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 8 Februari 2021 | 16:33 WIB
Aksi Iklim di berbagai negara dalam upaya menahan laju kenaikan suhu yang dapat menyebabkan berbagai bencana besar. ()

Baca Juga: Ancaman Virus Nipah Akibat Rusaknya Habitat Kelelawar di Asia

Rusaknya habitat selain menekan populasi hewan di dalamnya, juga dapat memicu lemahnya sistem kekebalan mereka. Mengakibatkan peluang besar bagi virus untuk bermutasi dengan berinang pada hewan lain.

"Di antara spesies satwa liar yang terancam, mereka yang populasinya berkurang karena eksploitasi dan hilangnya habitat menjadi lebih mudah untuk memaparkan virus kepada manusia," tulis mereka dalam jurnal Science of the Total Environment Vol. 26 Januari 2021.

Meski sebagian besar famili dari virus corona yang dibawa kelelawar saat ini belum dapat menginfeksi kita. Tetapi nyatanya kebutuhan vegetasi yang membuat mereka berpindah habitat dan mengancam.

"Di antara spesies satwa liar yang terancam, mereka yang populasinya berkurang karena eksploitasi dan hilangnya habitat menjadi lebih mudah untuk memaparkan virus kepada manusia," tulis mereka.

Mereka menekankan bahwa penelitian ini belum mengetahui asal muasal SARS-CoV-2 secara pasti. Studi ini baru sekadar menunjukkan adanya korelasi antara perubahan iklim dengan pagebluk.

Untuk itu, penelitian ini dapat menjadi tinjauan lebih lanjut untuk memperkuat asal-usul SARS-CoV-2 di alam. Studi yang membantu dapat menggunakan metode pada vegetasi yang berbeda dan menggunakan model lain untuk memperkuat bukti ilmiah.

Variabel lainnya yang dapat membantu penyelidikan lanjutan dapat berupa penyebaran kelelawar secara global dan spesies invasif lainnya, dan perhitungan polusi di alam liar. Dengan demikian semakin banyak penelitian yang bisa menunjukkan perubahan iklim sebagai pendorong patogen menginfeksi inang baru.

“Fakta bahwa perubahan iklim dapat mempercepat penularan patogen satwa liar ke manusia harus menjadi peringatan secepatnya untuk mengurangi emisi global,” kata Camilo Mora, salah satu peneliti dari Universitas Hawaii.

Baca Juga: Semakin Sering Manusia Menebang Hutan, Semakin Besar Risiko Munculnya Penyakit Baru

Beyer dan timnya sangat menyarankan agar siapapun mulai menerapkan langkah-langkah membatasi interkasi manusia dan satwa liar. Cara ini termasuk menerapkan peraturan ketat tentang perburuan dan perdagangan satwa liar, mencegah kebiasaan makan dan pengobatan lewat satwa liar.

Lebih lanjut, mereka menulis pengetatan interaksi juga termasuk menetapkan standar kesehatan hewan yang ketat pada pertanian, pasar, dan transportasi tradisional. Maka, tulis para peneliti, kita harus mulai mempertimbangkan kebutuhan sosio-ekonomi alternatif untuk solusinya.

"Mengingat kemungkinan yang diangkat oleh analisis kami bahwa emisi gas rumah kaca global mungkin telah menjadi faktor yang berkontribusi dalam wabah SARS-CoV-1 dan SARS-CoV-2, kami gaungkan ajakan untuk mitigasi perubahan iklim yang menentukan, termasuk sebagai bagian dari COVID-19 dalam program pemulihan ekonomi," tulis mereka.