Samudra Arktik Pernah Menjadi Tawar di Zaman Es, Sebuah Studi

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 8 Februari 2021 | 19:13 WIB
Ilustrasi es di Arktika. (StrahilDimitrov/Getty Images/iStockphoto)

Selat Bering dan selat-selat kecil di kepulauan Kanada berfungi sebagai penghalang lajur aliran lautan. Sedangkan di Laut Nordik terdapat pegunungan atau lapisan es yang membentang ke dasar laut sehingga membatasi laju massa air.

Saat musim panas selama rentang waktu puluhan ribu tahun itu, tentunya menyebabkan es mencair. Sungai-sungai yang mengandung air tawar dari sekitar Eropa, Asia, dan Amerika Utara, mengalir secara masif ke Samudra Arktik. Mereka memperkirakan 1.200 kilometer kubik per tahunnya mengalir ke Samudra Arktik.

Beberapa di antaranya melewati Laut Nordik sebagai jalur penghubung ke dataran yang lebih rendah di sela-sela punggung laut Greenland-Skotlandia ke Atlantik Utara. Dengan demikian air tawar itu juga menghalangi air asin Atlantik untuk menebus jauh ke utara, sehingga air tawar di Arktik terjaga.

Lalu ketika air mulai mencair di akhir periode glasial, air garam mulai menyebar di Samudra Arktik, tulis mereka.

"Kami percaya bahwa hal itu kemudian bisa dengan cepat menggantikan air tawar yang lebih ringan, mengakibatkan pelepasan tiba-tiba dari jumlah air tawar yang terkumpul di atas batas selatan Laut Nordik yang dangkal, punggung laut Greenland-Skotlandia, ke Atlantik Utara,” papar Geibert.

Studi terkait luruhnya air tawar dari Samudra Arktik ini dapat berfungsi sebagai penggambaran bagaimana perubahan iklim terjadi selama periode glasial yang terakhir. Di masanya, suhu Greenland naik hingga 10 derajat celcius selama beberapa tahun. Sedangkan untuk kembali ke suhu glasial membutuhkan waktu ribuan tahun lagi.