Tak jauh dari Situs Batu Kalde terdapat Gua Panggung yang menghadap langsung ke sisi timur pantai Cagar Alam Pangandaran. Di dalamnya, terdapat situs kuburan Embah Jaga Lautan yang dipercaya sebagai penyebar agama Islam di tanah Pangandaran. Stuart berpendapat, dengan nama tokoh itu mungkin merujuk pada ancaman tsunami di masa sebelumnya.
Baca Juga: Menguak Sisa Kerajaan Pananjung, Kuasa yang Hilang di Pangandaran
Dalam observasinya di gua itu, ia menemukan pada sisi-sisi gua terdapat endapan yang terkoyak-koyak. Menurutnya, itu menunjukkan adanya aktivitas tsunami yang masuk ke dalam gua ini, dan lebih tua dari tsunami 2006 maupun 1921.
Komposisi sedimen dan umur radiokarbon menunjukkan bahwa keberadaannya di gua itu terjadi akibat satu endapan tsunami di masa lalu.
Terdapat arang berusia 5000 tahun yang melapisi bahan organik modern, yang hasilnya serupa dengan di Situs Batu Kalde bahwa bahan itu terdampar akibat tsunami. Arang ini juga menunjukkan bahwa tsunami pertama-tama menyapu lantai gua, kemudian mengeluarkan berbagai materi yang ada.
Sedangkan hasil studi di kecamatan Adipala, Cilacap, ditemukan bukti tsunami dengan usia yang sama. Bukti itu berupa lapisan pasir kunging yang ditemukan pada kedalaman sekitar 90 centimeter dari permukaan tanah liat.
Bukti lainnya juga berupa sejumlah endapan lapisan magentit kecil yang tertimbun sengkedan di lokasi penggalian. Bukti ini menjalaskan bahwa gelombang tsunami itu menerjang dua kali ke daratan.
"Namun, usia sampel endapan [di Adipala] tidak dapat diketahui, begitu pula usia keberadaan punggungan bukit, sehingga lingkungan pengendapan asli untuk endapan tidak diketahui secara pasti. Namun demikian, temuan di Adipala mendukung kesimpulan yang dicapai untuk dua lokasi lainnya [Situs Batu Kalde dan Gua Panggung]," tutup Stuart.