Nationalgeographic.co.id – Minimnya temuan arkeologis mengenai kerajaan-kerajaan di Tatar Sunda menjadi sulit untuk membuktikan keberadaannya. Salah satunya mengenai kerajaan Pananjung di bawah Sunda Galuh pada abad ke-16.
Pada 2016 dan 2017, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Banten berhasil mengekskavasi temuan di Cagar Alam Pangandaran. Lokasi itu bernama Situs Kalde.
Lewat publikasinya, mereka memperkirakan situs tersebut adalah candi dengan luas 46 meter x 49,5 meter dengan denah persegi. Sebagian besar dari candi itu masih terkubur di bawah tanah.
Situs Batu Kalde dinilai sebagai tempat peribadatan umat Hindu itu dibuktikan dengan ditemukannya batu Yoni. Batu Yoni sendiri adalah lambang perempuan yang semestinya berpasangan dengan Lingga. Diduga Lingga masih terkubur di dalam tanah.
Baca Juga: Cara Rakyat Bogor Menjalin Persatuan dan Kesatuan
Selain itu juga ditemukan Lapik Padma yang umumnya digunakan untuk para resi saat peribadatan, dan Nandi atau arca sapi sebagai hewan yang disucikan. Arca sapi juga diperkirakan sebagai penghormatan untuk Aria Sapi Gumarang, salah satu menteri Kerajaan Pananjung. Perkiraan penghormatan itu diungkap oleh Kuwsandi dan Dwi Novi Carolin dari Pendidikan Sejarah Universitas Galuh Ciamis lewat Keberadaan Ronggeng Gunung di Desa Cikalong Kecamatan Sidamulih Kabupaten Pangandaran (Jurnal Artefak Vol.2 No.1 Maret 2014).
Lewat temuan-temuan di Situs Batu Kalde, BPCB Banten memperkirakan tempat ini mungkin sempat dikunjungi Bujangga Manik yang berkeliling Jawa-Bali. Sebab melalui naskah perjalanannya ia berkunjung ke Pananjung di pesisir selatan Tatar Sunda.
Asal mula Kerajaan Pananjung
Sejarawan Djaja Sukardja dalam Pangandaran dan Ronggeng Gunung menulis, asal mula kerajaan Pananjung bermula dari permintaan Raden Anggelarang kepada ayahnya, Prabu Haur Kuning (1535-1580).
Sang ayah bukannya enggan untuk memberikan izin, ia berfirasat bila kerajaan itu tidak akan bertahan lama. Terutama, kawasan yang rencananya dibangun itu berupa hutan belantara. Tetapi kemudian ia mengizinkan Raden Anggelarang untuk mendirikannya di pantai selatan Jawa Barat itu.
KOMENTAR