Menguak Sisa Kerajaan Pananjung, Kuasa yang Hilang di Pangandaran

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 15 Februari 2021 | 16:28 WIB
Temuan di situs Batu Kalde: (Jauh-dekat) Arca Nandi, Lampik Padma, dan Yoni. (M. Iqbal Syis)

Setelah berhasil lolos, Dewi Samboja menyamar menjadi penari Ronggeng dan berbaur dengan masyarakat setempat. Djaja menulis, bahwa ia juga sempat menjadi petani dan mengubah namanya sebagai Dewi Rengganis.

Situs gua Cirengganis yang berada di dalam Cagar Alam Pangandaran yang dipercayai berkhasiat awet muda jika memanfaatkan airnya. (M. Iqbal Syis)

Euis Thrensawaty S dari Balai Pelestarian nilai Budaya Jawa Barat lewat Raspi Sang Maestro Ronggeng Gunung (Jurnal Patanjala Vol.8 No.2 2016) menulis, ketika bantuan dari Galuh tiba ia bersiasat untuk merebut Pananjung kembali.

Baca Juga: Di Balik Mausoleum Cinta untuk Sang Filantrop Tionghoa di Batavia

Akhirnya ia berhasil menikam Kalasamudra—pemimpin Bajo—dengan pisau berkat kesempatannya menari Ronggeng di hadapan pimpinan Bajo itu. Walhasil, dendam kematian suaminya berhasil terbalaskan. Sementara para Bajo yang tersisa dilibas oleh Raden Sawunggaling—utusan dari Kerajaan Galuh.

Tari Ronggeng kemudian terwariskan hingga kini dan kerap digelar di Pondok Seni Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pangandaran.

Asal mula tari Ronggeng Gunung juga diperkuat dengan ditemukannya bukti arkeologis yang diekskavasi oleh Puslit ARKENAS dan Balai Arkeologi Jawa Barat sejak 1977 hingga 2019. Dalam temuannya, mereka menemukan Arca Nandi dan Batu berbentuk Kenong, dan batu Gong kecil yang diperkirakan berhubungan erat dengan kesenian itu.