Badang, Si Kuat dari Singapura dan Batu Besar yang Melegenda

By Fikri Muhammad, Jumat, 19 Februari 2021 | 16:00 WIB
Sampul buku berjudul Si Badang, 1950-an hingga 60-an. (Koleksi Museum Nasional Singapura)

Nationalgeographic.co.id—Di jantung Sungai Singapura terdapat mitos batu dan orang kuat bernama Badang. Catatan paling awal tentang kisah Badang dapat ditemukan dalam teks sejarah Melayu. Sharon Ng berkata bahwa teks ini masih dianggap fundamental dalam sejarah Melayu hingga saat ini.

Menurut salah satu cerita rakyat, Badang adalah seorang budak yang bekerja untuk membersihkan hutan milik tuanya. Pada suatu hari, ia menangkap jin di jaring ikan miliknya di Sungai Singapura. Jin itu ingin mengabulkan satu permintaan Badang sebagai balasan karena sudah membebaskannya. 

Kemudian Badang meminta untuk menjadi orang terkuat di negeri itu — pikiran badang itu akan membantu pekerjaannya. Kemudian jin itu meminta Badang memakan muntahanya agar ia mendapat kekuatan. Alhasil Badang menjadi sangat kuat bahkan mampu mencabut pohon dengan mudah.

Baca Juga: Marie Thomas, Dokter Wanita Indonesia Pertama yang Kini Jarang Dikenal

Kekuatan Badang menarik perhatian Raja Seri Rana Wikrama. Ia pun diangkat menjadi panglima tertinggi angkatan darat. Kekuatan Badang juga menarik perhatian para pemimpin lain. Kerajaan India mengirimkan jawaranya bernama Nadi Bijaya Pikrama atau Wadi Bijaya ke Singapura untuk bersaing dengan Badang. Pemenang duel itu ialah orang yang bisa mengangkat batu besar di depan istana.

Nadi hanya berhasil mengangkat batu itu setinggi lutut. Sementara Badang, mengangkat batu itu dan melemparkannya ke Sungai Singapura, yang menurut Ancient Origins, jarak lemparanya 500 meter dari tempat ia berdiri. Di mana, batu itu terhampar sangat lama dan dikenal sebagai Batu Singapura.

Batu Singapura adalah pecahan batu dendan tinggi 101 centimeter. Awalnya batu ini adalah bagian dari lempengan batu pasir besar yang mempunyai tinggi dan lebarnya masing-masing tiga meter. 

Gambar tiga fragmen batu Singapura dari artikel Laidlay tahun 1848 di Journal of Asiatic Society of Bengal. Fragmen paling bawah sekarang disimpan di Museum Nasional Singapura. (Public Domain)

 

Pada muka lempengan terdapat 50 baris prasasti yang menutupi area dengan lebar 2,1 meter dan tinggi 1,5 meter. Tidak ada yang betul-betul yakin kapan prasasti diukir di batu itu. Artefak ini pun berasal dari berbagai penanggalan dari abad ke-10 hingga abad ke-14 — diyakini menjadi catatan tertua di Singapura. Prasasti ini bertuliskan aksara Kawi dan mengandung beberapa kata Sansekerta.