Avontur Virtual Arkenas: Mengenalkan Kebinekaan dalam Arkeologi

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 23 Februari 2021 | 15:00 WIB
Menjajal headset VR Occulus Rift. (Gloria Samantha)

Nationalgeographic.co.id—Semasa pembelajaran jarak jauh akibat pagebluk, mempelajari sejarah dengan berkunjung ke situs temuan arkeologis tentunya sangat rumit. Mulai dari protokol yang mengharuskan tes usap demi mencegah penularan virus, hingga tutupnya berbagai situs.

Untuk bisa berkelana secara jarak jauh virtualisai merupakan salah satu solusi. Tindakan ini sempat dilakukan oleh pemerintah Tiongkok di masa awal pagebluk pada sejumlah museumnya.

Virtualisasi juga dilakukan oleh Puslit Arkenas pada tiga situs, yakni Trowulan, Maros-Pangkep, dan Gua Harimau. Virtualisasi ini ditujukan sebagai media pembelajaran anak-anak supaya tertarik mempelajari arkeologi.

"Layanan ini merupakan penajaman komponen output dari program Rumah Peradaban oleh Puslit Arkenas yang mendukung proses pembelajaran nilai luhur kebudayaan bangsa yang terkandung di situs arkeologi," terang I Made Geria, Kepala Puslit Arkenas.

 

"Karena kita kan punya nilai peradaban yang diwarisi leluhur kita, itu bisa menjadi soko guru dalam masyarakat masa kini," tambahnya saat dihubungi National Geographic Indonesia (22/02).

Selain menjadi pembelajaran nilai luhur, ia menambahkan layanan ini juga diharapkan dapat memancing anak-anak untuk berimprovisasi. Improvisasi itu baik untuk menerapkan kebudayaan itu sendiri, maupun ketertarikan mereka pada dunia arkeologi.