Avontur Virtual Arkenas: Mengenalkan Kebinekaan dalam Arkeologi

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 23 Februari 2021 | 15:00 WIB
Menjajal headset VR Occulus Rift. (Gloria Samantha)

Dalam webinar peluncuran tur virtual pada Jumat (19/02), dihadiri oleh para pengajar dari Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI), dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah.

Pada tayangannya, mereka memanfaatkan teknologi citra 360 derajat beresolusi tinggi, sehingga bisa dinikmati juga lewat kacamata Virtual Reality. Dalam fiturnya tampak berbagai tombol kontrol tampilan yang ingin ditampilkan ketika berkeliling situs. Salah satu fiturnya juga beberapa informasi yang menjabarkan suatu temuan.

Lewat tur virtual itu, Terdapat sembilan lokasi temuan di Trowulan yang ditampilkan, yakni Gapura Bajang Batu, Situs Lantai Segi Enam, Sumur Upas dan Kedaton, Candi Gentong I, Kolam Segaran, Situs Umpak Segi Delapan, Candi Brahu, Gapura Wringin Lawang, dan Situs Klinterejo I.

Tampilan tur virtual yang dapat diakses di situs jejaring Arkenas dan Kemendikbud. ()

Kesembilan lokasi arkeologi Trowulan ini memiliki banyak variasi temuan peradaban Majapahit di masa lalu.

Ruly Fauzi, Kepala Kelompok Kerja (Kapokja) Pendayagunaan Hasil Penelitian Puslit Arkenas menerangkan bahwa temuan di situs mengungkapkan masyarkat Nusantara yang sudah terbuka pada dunia. Sebab terdapat banyak temuan keramik dari Majapahit, Vietnam, dan Tiongkok di Trowulan.

Sedangkan situs Maros-Pangkep terdapat 5 situs, dan yang ditampilkan saat perilisan yakni Leang Bulu Sipong 4. Adhi Agus Oktaviana, salah satu peneliti memaparkan bahwa di gua ini terdapat lukisan cadas tertua di dunia yang berusia 44.000 tahun.

"Secara kognisi manusia prasejarah zaman dulu, ini adalah upaya mengekspresikan cara berburu atau membuat karya seni dulu, dan mengajarkan pada generasi selanjutnya," terang Oktaviana dalam webinar. "Jadi benar-benar berkomunikasi lewat gambar."

Terakhir, satu dari berbagai gua di Situs Gua Harimau juga ditampilkan. Lokasi itu adalah Gua Putri yang juga ditemukan adanya gambar cadas tertua di wilayah barat Indonesia.

Gua ini ditampilkan, menurut Ruly, karena terdapat kerangka berusia 2000 tahun yang berdampingan. Menurut para peneliti temuatn itu mewakilkan kebudayaan masyarkat Nusantara sebagai pribadi yang setia. Kemudian terdapat kerangka perempuan lansia yang tulangnya patah-sambung.

 

"Kalau tidak salah ini yang punya patologi atau jejak penyakit patah-sambung. Artinya zaman dulu [peradaban] di Gua Harimau sudah dirawat. [Tentunya] tidak mungkin dia--seorang lansia--yang kakinya patah tidak dilayani oleh anggota keluarganya yang harusnya saling membantu dan peduli," jelas Ruly mengungkapkan pesan moralnya.

Selain itu di situs ini juga dianggap sebagai represntasi pluralisme tertua di Indonesia. Hal itu terungkap karena di situs yang memiliki banyak kuburan purba ini, terdapat kerangka manusia ras Australomelanesid dan Mongoloid.

"[Kerangka dua ras] itu dianggap menarik akar-akar kebhinekaan bangsa Indonesia [yang sudah ada] sejak ribuan tahun," paparnya.

Demi membuat tur virtual yang dapat diakses lewat situs jejaring Puslit Arkenas ini, prosesnya membutuhkan waktu kurang dari setahun. Tim Pokja Pendayagunaan Hasil Penelitian bekerja sama dengan penyedia layanan virtual, Visual Anak Negeri. Kemudian mengambil gambar secara aktual ke lapangan selama 2020. 

"Jadi kita susun dulu apa yang sudah diketahui dari para peneliti lalu dikumpulkan," Ruly menerangkan. "Sementara kita saat ini sudah memvisualisasi beberapa lokasi yang jadi tempat penelitian Puslit Arkenas dan balai arkeologi setempat."