Buaya Empat Meter Ditemukan dengan Sisa Tubuh Manusia di Perutnya

By Utomo Priyambodo, Selasa, 23 Februari 2021 | 12:00 WIB
Buaya muara atau <i>Crocodylus porosus</i> merupakan spesies buaya terbesar dan terpanjang di dunia. (Elisabeth Novina)

"Buaya yang ditangkap kemarin diyakini sebagai hewan yang terlibat dalam hilangnya seorang pria," cuit Queensland Environment, sebuah badan pemerintah lokal, pada Sabtu (13 Februari). "Pikiran kami bersama keluarga korban di masa saat sulit ini."

Pesisir di sekitar Queensland adalah habitat bagi spesies buaya terbesar di Bumi ini, yakni buaya muara (Crocodylus porosus). Buaya muara dapat tumbuh hingga 23 kaki (7 meter), meskipun jarang melebihi 16 kaki (5 meter), menurut Queensland Museum. Buaya-buaya ini mendiami perairan pesisir di seluruh Pasifik barat, dari pantai selatan India hingga Australia utara. Dan mereka diketahui pernah beberapa kali menyerang manusia.

Setidaknya dua serangan lain oleh buaya muara yang dilaporkan terjadi di Queensland dalam dua minggu terakhir, menurut Vice News. Pada akhir Januari, kepala seorang pria berusia 40-an tahun digigit oleh buaya ini saat berenang di Danau Placid, sekitar 100 mil (160 kilometer) di utara Pulau Hinchinbrook. Pria itu selamat dengan luka ringan setelah berhasil membuka rahang buaya itu dengan tangannya untuk menyelamatkan dirinya.

Baca Juga: Buaya Muara

 

Beberapa hari kemudian, seorang pria berusia 22 tahun diserang oleh buaya muara sepanjang 12 kaki (3,6 meter) saat berenang di dekat ujung paling utara Australia. Dia selamat dengan luka di tangannya, dan buaya itu kemudian disuntik mati.

Buaya muara juga banyak terdapat di Indonesia. Spesies ini tersebar di seluruh perairan Indonesia, khususnya di daerah muara. Di Kalimantan pernah ditemukan  buara muara yang panjangnya 12 meter.

Kasu serangan buaya muara terhadap manusia juga pernah ditemukan beberapa kali di Indnonesia. Pada 5 Januari 2017 lalu misalnya, pernah terjadi kasus serangan buaya yang menimpa warga di sekitar sungai Muara Jawa Ulu, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Baca Juga: BKSDA Lampung Lepasliarkan Buaya Sitaan di Way Kambas

Menanggapi kasus tersebut kala itu, Hellen Kurniati, peneliti utama dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesa (LIPI) mengatakan bahwa penyebab buaya menyerang manusia adalah karena buaya kehilangan pakan alaminya. Ketika wilayah yang ditinggali buaya mengalami penurunan jumlah makanan, maka buaya akan mencari wilayah baru yang mampu menjamin keberlangsungan hidup mereka.

Buaya merupakan predator yang menargetkan hewan dengan ukuran lebih kecil dari ukuran tubuh mereka. Hewan yang biasanya menjadi incaran mereka adalah ikan, burung, reptil, dan mamalia kecil. Jadi dalam kondisi normal, sebenarnya buaya tidaklah mengincar manusia.

Namun pembangunan oleh manusia yang mengalihfungsikan kawasan habitat buaya belakangan ini telah berdampak pada berkurangnya jumlah makanan buaya. Karena gencarnya pembangunan oleh manusia, habitat alami buaya terganggu dan luas areanya jadi semakin berkurang. Dan akhirnya, buaya yang lapar menjadi mudah bersinggungan dengan manusia secara langsung.