Mitos Budaya yang Memengaruhi Pola Asuh Anak di Belahan Dunia

By Fikri Muhammad, Jumat, 26 Februari 2021 | 18:00 WIB
(Image credit: Getty Images)

Banyak orang tua di Barat malah beralih ke metode pelatihan tidur, versi yang paling ekstrim ialah membiarkan bayi mereka sendiri untuk "menangis" guna mendorong bayi mereka supaya tidur lebih lama sehingga orang tua mereka dapat tidur. Bahkan di Australia terdapat sekolah tidur residensial yang didanai negara untuk melatih anak-anak mereka.

Mendorong kemerdekaan sejak dini selaras dengan budaya Barat yang khas pada individualisme. Oleh karena itu, berbagi ranjang tampat seperti mendorong mereka untuk bergantung pada orang tua. Tetapi bagi orang tua dengan pemikiran yang lebih kolektif seperti Dutta tidak bisa melihat dari sudut pandang itu.

"Anda memberi kepercayaan diri dan kemandirian, mereka akan berpisah sendirinya dengan anda. Mereka tidak akan menempel padamu selamanya," kata Dutta.

Faktor budaya tidak hanya memengaruhi tempat bayi tidur, tetapi juga kapan dan seberapa lama mereka tidur. Penelitian yang dilakukan oleh Jun Kohyama, CEO di Tokyo Bay Urayasu Ichikawa Medical Center, dan rekannya menemukan bahwa bayi di Jepang cenderung tidur siang lebih sedikit dibandingkan di negara Asia lainnya begitu mereka mencapai usia tiga bulan, katanya, karena (Getty Images)

Faktor budaya tidak hanya berpengaruh di tempat tidur bayi tapi juga seberapa lama ia tidur.

Jun Kohyama, CEO Tokyo Bay Urayasu Ichikawa Medical Center, dan rekannya melakukan penelitian bahwa bayi di Jepang cenderung lebih sedikit tidur siang dibanding negara Asia lainya begitu mereka mencapai usia tiga bulan. Katanya, tidur dianggap sebagai sikap malas di Jepang.

Penelitian itu juga menemukan bahwa anak-anak di negara Asia cenderung tidur lebih larut dari negara-negara Kaukasia. Menurutnya, penyebabnya ialah para orang tua yang ingin menghabiskan waktu bersama anak-anak mereka di malam hari.