Mitos Budaya yang Memengaruhi Pola Asuh Anak di Belahan Dunia

By Fikri Muhammad, Jumat, 26 Februari 2021 | 18:00 WIB
(Image credit: Getty Images)

Nationalgeographic.co.id—Di negara Barat terdapat praktik pengasuhan standar. Seperti tidur terpisah dengan orang tua sejak dini, yang mana dalam budaya lain berbagi kamar adalah hal yang biasa. 

Para otang tua di Amerika Serika dan Inggris menyarankan agar bayi mereka tidur di kamar yang sama selama enam bulan pertama, sebelum tidur di kamar bayi. Namun di sebagian masyarakat di sleuruh dunia, bayi bertahan lebih lama dengan orang tua mereka. 

Penelitian 2016 berjudul Parent-child bed-sharing: The good, the bad, and the burden of evidenceParent-child bed-sharing: The good, the bad, and the burden of evidence menyebutkan bahwa prevalensi anak yang tidur dengan oruang tua banyak didapati di negara Asia. Lebih dari 70% terdapat di India dan Indonesia dan lebih dari 80% di Sri Lanka dan Vietnam. 

Seorang dokter di Bangalore, Debmita Dutta mengatakan terlepas dari pengaruh barat, berbagi tempat tidur tetap menjadi tradisi yang kuat di India. Bahkan dalam rumah tangga dengan anak-anak yang telah memiliki kamar sendiri.

"Sebuah keluarga dengan empat orang memiliki tiga kamar tidur, masing-masing satu untuk setiap anak dan untuk orang tua, dan kemudian anda akan menemukan kedua anak itu tidur di tempat orang tuanya." katanya di laman BBC Future. "Itu biasa."

Dutta menambahkan bahwa berbagi tempat tidur dapat mengurangi beban orang tua saat bayi terbangun di malam hari. Putrinya memiliki tempat tidur lipat di samping orang tuanya."Bahkan setelah dia berhenti menyusui, dia masih suka tidur dengan kami di kamar yang sama," kata Dutta.

Baca Juga: Ilmuwan Temukan Cara Komunikasi Lewat Mimpi dengan Orang yang Tidur

Banyak orang tua di Barat malah beralih ke metode pelatihan tidur, versi yang paling ekstrim ialah membiarkan bayi mereka sendiri untuk "menangis" guna mendorong bayi mereka supaya tidur lebih lama sehingga orang tua mereka dapat tidur. Bahkan di Australia terdapat sekolah tidur residensial yang didanai negara untuk melatih anak-anak mereka.

Mendorong kemerdekaan sejak dini selaras dengan budaya Barat yang khas pada individualisme. Oleh karena itu, berbagi ranjang tampat seperti mendorong mereka untuk bergantung pada orang tua. Tetapi bagi orang tua dengan pemikiran yang lebih kolektif seperti Dutta tidak bisa melihat dari sudut pandang itu.

"Anda memberi kepercayaan diri dan kemandirian, mereka akan berpisah sendirinya dengan anda. Mereka tidak akan menempel padamu selamanya," kata Dutta.

Faktor budaya tidak hanya memengaruhi tempat bayi tidur, tetapi juga kapan dan seberapa lama mereka tidur. Penelitian yang dilakukan oleh Jun Kohyama, CEO di Tokyo Bay Urayasu Ichikawa Medical Center, dan rekannya menemukan bahwa bayi di Jepang cenderung tidur siang lebih sedikit dibandingkan di negara Asia lainnya begitu mereka mencapai usia tiga bulan, katanya, karena (Getty Images)

Faktor budaya tidak hanya berpengaruh di tempat tidur bayi tapi juga seberapa lama ia tidur.

Jun Kohyama, CEO Tokyo Bay Urayasu Ichikawa Medical Center, dan rekannya melakukan penelitian bahwa bayi di Jepang cenderung lebih sedikit tidur siang dibanding negara Asia lainya begitu mereka mencapai usia tiga bulan. Katanya, tidur dianggap sebagai sikap malas di Jepang.

Penelitian itu juga menemukan bahwa anak-anak di negara Asia cenderung tidur lebih larut dari negara-negara Kaukasia. Menurutnya, penyebabnya ialah para orang tua yang ingin menghabiskan waktu bersama anak-anak mereka di malam hari.