Martha Tiahahu, Perempuan yang Jadi Panglima Perang di Usia 17 Tahun

By Utomo Priyambodo, Rabu, 24 Februari 2021 | 18:41 WIB
Patung Christina Martha Tiahahu, Ambon. (Warsono/National Geographic Indonesia)

Keikutsertaan Martha Tiahahu dan laskar perempuan lainnya dalam pertempuran di Maluku ini menunjukkan betapa gigihnya perempuan Malku dan betapa pentingnya peran perempuan dalam perjuangan kemerdekaan di Indonesia. Selain itu, keikutsertaan Martha Tiahahu juga menunjukkan semangat rakyat Maluku untuk berjuang mengerahkan seluruh kemampuan dan tidak lagi memandang gender dan agama.

Baca Juga: Marie Thomas dan Anna Warouw, Si 'Kembar' Pelopor Dokter Perempuan di Indonesia

Dalam suatu Operasi Pembersihan pada bulan Desember 1817 Martha Christina Tiahahu beserta 39 orang lainnya tertangkap. Dia tidak dihukum mati karena usianya masih sangat belia, yakni hampir 18 tahun.

Martha kemudian dibawa dengan kapal Eversten ke Pulau Jawa untuk dipekerjakan secara paksa di perkebunan kopi. Perjalanan Martha ke Jawa di atas kapal Eversten diwarnai pemberontakan.

Selama di atas kapal itu pula, kondisi kesehatan Martha Christina Tiahahu semakin memburuk, ia menolak makan dan pengobatan. Akhirnya pada tanggal 2 Januari 1818, setelah kapal melewati Tanjung Alang, Martha Christina Tiahahu menghembuskan napasnya yang terakhir.

Jenazah Martha Christina Tiahahu dibuang di Laut Banda. Barulah sekitar 150 tahun kemudian, Martha Christina Tiahahu secara resmi diakui sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 012/TK/Tahun 1969.

Baca Juga: Marie Thomas, Dokter Wanita Indonesia Pertama yang Kini Jarang Dikenal

Kiprah perjuangan Martha Christina Tiahahu tidak hanya diapresiasi dengan didirikannya Taman Martha Tiahahu di kawasan Blok M Jakarta. Di Maluku, pemerintah daerah setempat juga membuat sebuah Taman Monumen untuk didedikasikan bagi sang pejuang wanita Maluku itu.

Imaji lanskap Teluk Ambon diambil dari bukit kecil tempat patung Christina Martha Tiahahu, Ambon. (Zika Zakiya)

Dikutip dari laman resmi Indonesia Kaya, monumen itu berada di wilayah Karang Panjang, bagian Kota Ambon yang berbukit-bukit. Hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit saja dari pusat Kota Ambon untuk sampai ke tempat ini dengan kendaraan bermotor. Letak Monumen ini tepat bersebelahan dengan Kantor DPRD Provinsi Maluku.

Karena berada di daerah ketinggian, dari Taman Monumen ini kita dapat melihat pemandangan Kota Ambon beserta lautan lepas yang menjadi latarnya. Biasanya waktu yang tepat untuk menikmati pemandangan ini adalah ketika malam hari, saat lampu-lampu kota sudah menyala dengan begitu indah.

Bagian utama Taman Monumen ini adalah sebuah patung Martha Christina Tiahahu yang cukup besar dan menghadap ke pusat Kota Ambon serta laut lepas. Konon, sangat sulit untuk membuat patung berdiri dengan seimbang. Patung baru dapat berdiri dengan seimbang setelah dihadapkan ke Laut Banda, tempat jenazah Martha Christina Tiahahu disemayamkan di kedalaman laut.