Ketika Setengah Kilogram Pala Banda Dibeli Seharga Tujuh Sapi Gemuk

By Utomo Priyambodo, Kamis, 25 Februari 2021 | 08:00 WIB
Buah pala. (Pixabay/fietzfotos)

Alfonso de Albuquerque menyerang pulau-pulau di Kepulauan Maluku, termasuk Banda, pada 1511. Dia membangun benteng-benteng untuk mengkonsolidasikan monopoli atas perdagangan pala hingga seabad kemudian.

Pada tahun ahun 1605, Belanda datang untuk menyingkirkan Portugis setelah menaklukkan Ambon. Untuk memonopoli perdagangan pala dan bunga pala, Perusahaan Dagang Hindia Belanda atau yang dikenal dengan nama Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) membangun pos perdagangan di Banda.

VOC juga membuat perjanjian dengan warga Banda yang mengharuskan warga untuk menjual pala dan bunga pala hanya kepada VOC secara eksklusif. Tetapi warga Banda masih tetap menjual hasil buminya kepada pedagang dari Jawa, Makassar, dan Inggris. VOC berusaha menggunakan kekuatan dan diplomasi di selama bertahun-tahun berikutnya guna memperoleh kekuasaan atas Banda sepenuhnya.

Baca Juga: Merapah Rempah: Mengungkap Narasi Asal-Usul Kesejatian Indonesia

Peta Poulo Ron, Poulo Ay, Banda yang dibuat sekitar 1660. Peta ini menunjukkan bagan navigasi di dalam area piagam VOC. British Library membeli atlas dari perpustakaan kolektor Haarlem Van der Willigen pada 1875. Atlas terdiri atas 49 bagan dan pemandangan yang digambar tangan, semuanya dalam warna. (British Library London/Atlas Mutual Heritage)

Bersamaan dengan kekuasan VOC di Banda, Inggris datang untuk mendirikan koloni di pulau-pulau terpencil yaitu Pulau Run dan Ay pada tahun 1616. Mengetahui hal tersebut, VOC merasa terancam dan menganggap bahwa Inggris berupaya untuk memonopoli perdagangan pala dan bunga pala serta mengusir VOC.

Berselang lima tahun kemudian, VOC berhasil menguasai Banda dengan cara mengirim pasukan beranggotakan lebih dari 2.000 tentara. Mereka, dipimpin oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen, membunuh ribuan warga Banda yang berusia di atas 15 tahun, hingga akhirnya tersisa 600 jiwa.

Berkurangnya populasi ini menjadi kesempatan bagi VOC untuk menegakkan sistem perbudakan di Banda. Belanda dan Inggris terus terlibat dalam pertempuran selama 50 tahun karena Belanda ingin sepenuhnya menguasai Kepulauan Banda, tapi masih ada Inggris di Pulau Run dan Ay.

Hingga akhirnya, keduanya sepakat untuk berkompromi dan tukar guling dalam Perjanjian Breda pada 1667. Inggris bersedia memberikan Pulau Run ke Belanda, sebagai gantinya, Belanda menyerahkan Pulau Manhattan di New York. Perjanjian ini memuluskan monopoli VOC Belanda atas perdagangan pala hingga berabad-abad lamanya.