Kisah Tragis Zaman VOC: Bangkai Kapal Batavia dan Kekejian Perompak

By National Geographic Indonesia, Kamis, 25 Februari 2021 | 10:00 WIB
Gerbang Kota Batavia yang tak pernah sampai ke Kota Batavia, dan repihan kapal VOC bernama Batavia. Dia adalah kapal Belanda pertama yang hilang di lepas pantai barat Australia. Ruang pamer dalam Batavia Gallery di Western Australian Museum. (Western Austrlian Museum )

Nationalgeographic.co.id—Banyak cerita mengejutkan dibalik bangkai kapal Batavia yang karam di pulau Beacon, lepas pantai Australia Barat. Setidaknya ada lima mayat penumpang Batavia yang ditemukan di tempat itu. Mayat-mayat ditemukan berjajar dengan kondisi terikat dan anehnya tidak ada bekas tanda kekerasaan di tubuh mereka.

Bisa jadi korban meninggal karena dehidrasi setelah karam dan sekaligus mencegah upaya "liar" bagi korban yang selamat untuk bertahan. Mereka saling mengikat.  

Lima awak kapal Batavia tersebut merupakan awak dari kapal perusahaan Hindia Belanda yang berlayar pada tahun 1629. Dalam dalam perjalanannya dari Belanda ke Jawa, kapal tersebut justru karam di perairan Australia. 

Ini tak sekadar kapal Batavia yang karam, masih ada kisah tragis di balik itu. 

Sudah menjadi buah bibir, para penumpang Kapal Batavia sering dirompak dan dibunuh oleh para perompak saat berada di daerah Morning Reef , tak jauh Pulau Beacon.

Arkeolog menemukan tanda-tanda kekejaman perompak di kuburan massal di sebuah pulau di bagian barat Australia. Salah satunya adalah sebuah kerangka tanpa kepala milik seorang pria. Diduga dijagal perompak lalu tubuh korban diseret ke tempat kuburan massal.

Arkeolog menjelaskan bahwa komandan kapal, Francisco Pelsaert, meninggalkan kapal untuk mencari sumber air terdekat. Sayangnya, dirinya harus turun kapal selama tiga bulan untuk mencari sumber air bagi kru kapalnya.

Bagian lambung kapal dagang Hindia Belanda, Batavia yang selamat dari gugusan karang di Kepulauan Houtman Abrolhos, Western Australia. (Rr. Ukirsari Manggalani/National Geographic Traveler)