Apa Saja Sukacita dan Nestapa Berhaji pada Zaman Hindia Belanda?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 19 April 2021 | 07:00 WIB
Umat muslim berkumpul di depan ratusan tenda di kota suci Makkah dalam rangka menunaikan ibadah haji (Yunaidi Joepoet)

Nationalgeographic.co.id—Beribadah haji ke tanah suci di Mekkah merupakan kewajiban bagi setiap Muslim di seluruh dunia, tak terkecuali di Nusantara. Annabel Teh Gallop dari The British Library berujar dalam diskusi daring The Hajj from Southeast Asia: A Story in Sources from Ottoman Times. Dia menyebutkan kisah keberangkatan haji dijadikan kisah perjalanan dari Malaka.

Kisah itu adalah Hikayat Hang Tuah. Hang Tuah sendiri adalah bangsawan di negeri itu dan melakukan perjalanan ke Roma di abad ke-15. Ketika kapalnya melewati Laut Merah, ia diajak gubernur Jeddah untuk berhaji. Bahkan di sela kegiatan haji itu, ia juga membeli kiswah (kain penutup Ka'bah) sebagai buah tangan. Lambat laun, membeli oleh-oleh saat berhaji dilakukan di masa berikutnya hingga kini.

Selain bertujuan untuk beribadah dan berbelanja, Martin van Bruinnessen dalam Mencari ilmu dan pahala di tanah suci: orang Nusantara naik haji, dilakukan oleh para tokoh untuk mencari ilmu, 'kesaktian', dan mendapat pengakuan jabatan sultan maupun kedaulatan.

Baca Juga: Di Manakah Kawasan Muslim yang Paling Sedikit Mengalami Arabisasi?