Cagar Alam Pananjung Pangandaran: Konservasi dan Situs Sejarah

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Minggu, 28 Februari 2021 | 13:00 WIB
Situs gua Cirengganis yang berada di dalam Cagar Alam Pangandaran yang dipercayai berkhasiat awet muda jika memanfaatkan airnya. (M. Iqbal Syis)

Cagar Alam Pananjung Pangandaran juga menjadi kawasan konservasi biota laut yang mayoritas berupa karang.

Berdasarkan laporan Balai Besar Konservasi Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat tahun 2016, konservasi sebagai potensi biota laut adalah ikan hias seperti, Heniochus sp., Chactodon sp., Plectorhyncus sp., dan Apolemichtys sp. Sehingga dari segi potensi wisata dapat dikembangkan untuk kawasan snorkeling, dan diving.

Tempat ini juga menjadi saksi sejarah peradaban kerajaan Hindu yang sempat berkuasa. Terbukti dengan adanya Situs Batu Kalde yang diteliti sejak 1985 oleh Puslit Arkenas, yang berukuran 12 x 12 meter. Diperkirakan, situs ini adalah candi yang masih terbenam.

Gua Jepang di dalam Cagar Alam Pananjung Pangandaran yang sempat berfungsi sebagai tempat bunker dan penjara di masa kependudukan Jepang. (Afkar Aristoteles & M. Iqbal Syis)

Tak jauh dari Situs Batu Kalde, terdapat gua buatan sisa peninggalan kekuasaan Jepang yang dibangun sejak 1943 di atas bukit. Lokasinya juga tersebar di Bukit Cagar Alam, Bukit Pasir Putih, dan Bukit Badeto Ratu.

Menurut keterangan Heri, petugas BPCB, gua ini pada masanya berfungsi sebagai tempat mengintai musuh, penyimpanan senjata, dan para tahanan.

“Di sini yang ditahan orang Belanda dan bumiputera yang membelot pihak Jepang,” ungkapnya.

Gua itu selain memiliki banyak ruang dan lorong ada pula parit yang berfungsi sebagai tempat pertahanan perang.

Lokasi lainnya yang menarik adalah Gua Cirengganis yang sebagai tempat pentilasan bertemunya pendiri kerajaan Pananjung, Raden Anggelarang, dengan Dewi Siti Samboja. Masyarakat setempat pun menjadikannya sebagai tempat religi, dan mempercayai bahwa air dalam gua ini memiliki khasiat awet muda.

Baca Juga: Menguak Sisa Kerajaan Pananjung, Kuasa yang Hilang di Pangandaran

"Gua yang jadi pentilasan ini, [menurut legenda] dipercayai juga sebagai tempat menghilangnya Dewi Rengganis (nama lain Dewi Siti Samboja) dari kejaran para Bajo," terang budayawan Sunda Wiwitan yang berjaga di situs, Didin Resmijaya pada National Geographic Indonesia (13/02).

Wisata religi lainnya yang juga kerap dikunjungi peziarah adalah Gua Parat dan Gua Panggung. Keduanya menyimpan ‘makam’ tokoh penyebar agama Islam di Pangandaran, yakni Syekh Ahmad, dan Syekh Muhamma di  Gua Parat, serta dan Ki Jaga Lautan yang berada di Gua Panggung.

"Syekh Ahmad dan Syekh Muhammad itu menyebar [agama] Islam, dia datang langsung dari Mesir," kata jelas Heri.

Bagi yang hendak berwisata ke Cagar Alam Pananjung Pangandaran, harga tiket masuk pada hari kerja adalah Rp16.000 pada hari kerja, dan Rp21.000 pada akhir pekan. Tetapi biaya lain bisa saja bertambah tergantung dengan kebutuhan, seperti pemandu dan penyewaan rakit untuk wisata air.