Mengapa Kita Lebih Kreatif dan Produktif Saat Bekerja di Kedai Kopi?

By Fikri Muhammad, Selasa, 2 Maret 2021 | 13:00 WIB
Barista muda asal Takengon, Gayo, Aceh memperagakan memperagakan seni meracik kopi secara manual. (Ricky Martin/National Geographic Indonesia)

Studi lain di tahun 2019 juga memiliki temuan serupa, fokusnya ialah apa yang disebut "resonansi stokastik". Ini adalah fenomena di mana jumlah kebisingan yang tepat menguntungkan indra kita. Dan meskipun tingkat kebisingan 'Goldilocks' berbeda untuk semua orang, rangsangan audio di sekitar juga membantu meningkatkan pengambilan keputusan. Bahkan sampai ada julukan "efek kedai kopi". Irama musik jazz, percakapan ringan, dan penggiling bubuk kopi bukanlah gangguan. Justru itu membantu magnum opus berikutnya. 

Satu hal lagi, ada juga fakta bahwa saat kita berada di kedai kopi untuk bekerja, kita dikelilingi oleh orang-orang yang sama. Sebuah studi di Springer menguji beberapa peserta yang duduk bersebelahan di depan laptop untuk melakukan pekerjaan. Studi itu menunjukan bahwa dengan mengerjakan pekerjaan di samping seseorang yang mengerjakan tugas/pekerjaan maka kita akan melakukan hal yang sama. Analoginya seperti datang ke gimnasium untuk olahraga. 

"Salah satu hal terbesar tentang kedai kopi adalah efek fasilitasi sosial: Anda pergi ke sana, Anda melihat orang lain bekerja dan itu membuat Anda dalam suasana hati di mana Anda secara alami mulai bekerja juga. Mengamati mereka dapat memotivasi Anda untuk bekerja lebih keras," ucap Sunkee Lee, asisten profesor Carnegie Mellon University's Tepper School of Business di laman BBC. 

Bony Romas dan istrinya Maria Aloysia Sri Lestari berada di kedai Kopi Mane Labuan Bajo. Ia bersama para pengusaha kopi lainnya dan pemerintah bersama membentuk MPIG Kopi Arabika Flores. (Agni Malagina)

Baca Juga: Kecerdasan Buatan Melampaui Skor Manusia Memainkan Gim Era 80-an

Satu hal yang dapat membuat bekerja dari rumah (dan kantor) terasa berat adalah lingkungan visual, sering kali kita duduk di kursi yang sama dan melihat ke dinding yang sama.

“Stimulasi visual - bagaimana kantor didekorasi - berpengaruh pada proses berpikir kreatif seseorang. Itu disebut pemikiran kreatif yang konvergen," ucap Lee. Ia menemukan bahwa variasi visual membantu dalam "memecahkan masalah dengan solusi optimal, tetapi mengharuskan kita untuk berpikir di luar kotak". 

Alih-alih mengatasi permasalahan, Lee mencoba menambahkan lampu neon ke dinding kantor rumahnya selama pandemi, tetapi ia segera menemukan bahwa perabotan aneh dengan cepat akan membosankan. Sementara itu, menurutnya, kedai kopi pada umumnya memiliki rangsangan visual yang berbeda dan bervariasi. 

Kafe juga dapat menjadi tempat untuk bertukar pikiran dan membangun persahabatan. “Ada formalitas yang tersirat saat berkumpul di platform pertemuan digital. Sebaliknya, ada suasana informal saat bertemu di bar atau kafe,” kata Korydon Smith, profesor arsitektur di University of Buffalo, New York.