Arab Saudi Mau Bikin Kota Sepanjang 170 Km di Gurun Tanpa Jalur Mobil

By Utomo Priyambodo, Kamis, 11 Maret 2021 | 12:00 WIB
Ilustrasi gurun atau padang pasir. (Alex Pangestu)

Menjaga Teh Line agar tetap linier juga akan membutuhkan regulasi yang ketat, kata Plater-Zyberk, karena kota-kota cenderung berkembang ke luar seiring pertumbuhannya. Inilah sebabnya mengapa sistem transit "hub-and-spoke" cenderung lebih umum; mereka memungkinkan lengan transit untuk terhubung satu sama lain tanpa memerlukan perjalanan jauh-jauh kembali ke stasiun transit pusat. Bahkan saat mereka mengedepankan ide-ide yang menjanjikan seperti kemampuan berjalan kaki, para desainer The Line tampaknya membuang pengetahuan sejarah tentang apa yang berhasil dengan baik saat merancang transit, kata Plater-Zyberk.

"Ada banyak orang sekarang di seluruh dunia yang bisa membantu menguraikan ide pembangunan itu agar bisa diterapkan," katanya. "Kami memiliki data tentang jenis dukungan sistem transit yang dibutuhkan agar berkelanjutan."

Rencana pembangunan The Line di Arab Saudi. (Neom Media)

Hal lain menjadi perhatian dari rencana pembangunan ini adalah teknologi kendaraannya. Bepergian 106 mil dalam 20 menit akan membutuhkan kecepatan 318 mph (512 km/jam), yang melampaui kecepatan kereta jarak jauh berkecepatan tinggi. Kereta Eurostar di Eropa melaju dengan kecepatan sekitar 199 mph (320 km/jam), sedangkan beberapa kereta api berkecepatan tinggi China mencapai kecepatan 236 mph (380 km/jam), tapi dalam praktiknya kecepatan rata-rata mereka kira-kira sama dengan Eurostar.

Kereta bawah tanah Hyperloop, seperti yang sedang dikembangkan oleh Virgin dan SpaceX, secara teoritis dapat menempuh perjalanan dengan kecepatan yang diharapkan dalam rencana The Line, tetapi teknologi itu setidaknya masih butuh satu dekade lagi untuk bisa digunakan. Tes Hyperloop tercepat sejauh ini telah mencapai 288 mph (463 km/jam) tanpa penumpang. Hanya satu perusahaan, Virgin, telah menguji teknologinya dengan penumpang, di kecepatan 107 mph (172 km/jam).

Baca Juga: Kota-Kota Besar Dunia Akan Tenggelam, Bagaimana dengan Jakarta?

Proposal Saudi ini bukanlah proposal pertama terkait perencanaan kota linier. Pada tahun 1882, perencana kota Spanyol Arturo Soria y Mata mengusulkan Ciudad Lineal, atau Kota Linear, yang akan dimulai dengan rel kereta api atau jalan raya dan membangun semua bangunan dan bagian lain kota di sepanjang jalur ini. Distrik Ciudad Lineal di Madrid dibangun dengan ide ini, dan jalan raya utamanya dinamai Soria y Mata, tetapi lingkungan ini tidak berdiri sendiri dari seluruh Madrid.

Brasilia, ibu kota Brazil, pada awalnya juga direncanakan sebagai kota ideal yang hampir linier, berbentuk seperti pesawat terbang dengan gedung-gedung pemerintah yang berjejer di badan pesawat. Tetapi Brasilia telah dikritik karena tidak terlalu layak huni, dengan sedikit lingkungan serbaguna dan sedikit perumahan di dalam pusat kota untuk keluarga berpenghasilan rendah. Ini hanya menimbulkan keharusan menempuh perjalanan panjang bagi banyak orang-orang yang bekerja di kota itu.

"Biasanya, kami jauh lebih baik melakukan perbaikan bertahap yang bijaksana untuk kota-kota yang ada daripada mencoba merancang kota yang benar-benar baru dari awal," kata Wheeler. Seringkali, ketika komunitas direncanakan dari awal, "kita berakhir dengan komunitas yang mandul, komunitas terencana yang tidak memiliki kekayaan dari sesuatu yang berkembang seiring waktu."

Strategi yang jauh lebih berkelanjutan, kata Talen, adalah memperbaiki kota-kota yang ada. "Haruskah semua sumber daya ini digunakan untuk membangun kota baru di tengah gurun?" "Bagaimana itu masuk akal bila Anda memiliki banyak masalah perkotaan di sekitar Anda yang perlu diperbaiki?" tegasnya.