Arab Saudi Mau Bikin Kota Sepanjang 170 Km di Gurun Tanpa Jalur Mobil

By Utomo Priyambodo, Kamis, 11 Maret 2021 | 12:00 WIB
Ilustrasi gurun atau padang pasir. (Alex Pangestu)

Meski rencana pembangunan The Line telah diumumkan secara mencolok, teknologi untuk kota seperti itu belum ada. Selain itu, membangun kota-kota baru yang besar dari awal seperti The Line tentulah penuh tantangan.

Baca Juga: Kisah Kejayaan dan Senja Kala Sriwijaya dalam Catatan Semasa

Sejauh ini, The Line hanya ada sebagai situs web dan pengumuman pers yang dibuat oleh Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman pada 10 Januari lalu. Proposal tersebut menyerukan pembangunan jalur sepanjang 106 mil itu di Neom, sebuah kota yang direncanakan dibangun di barat laut Arab Saudi. Pemerintah Saudi menyebut daerah itu belum berkembang, tetapi sebenarnya wilayah itu merupakan rumah bagi 20.000 anggota Suku Huwaitat (juga dieja Howeitat) yang telah memprotes penggusuran karena perencanaan pembangunan kota besar tersebut, seperti dilansir The Guardian.

Ilustrasi suku di gurun atau padang pasir. (Lutfi Fauziah)

Jalur kota ini akan dibangun dalam tiga tingkat, yakni tingkat permukaan yang penuh dengan taman dan ruang terbuka untuk pejalan kaki, tingkat yang lebih rendah berisi kantor-kantor pelayanan, dan tingkat terbawah untuk transportasi kendaraan massal "transit berkecepatan sangat tinggi". Proposal tersebut mengklaim bahwa semua tempat layanan harian yang membentang di sepanjang lebar setiap node atau titik perhentian di jalur itu dapat dijangkau dengan berjalan kaki dalam waktu 5 menit dan bahwa perjalanan antar node dengan kendaraan transit berkecepatan tinggi akan memakan waktu tidak lebih dari 20 menit.

Menurut beberapa ahli, tujuan tersebut tidak mungkin tercapai. Rencana untuk kota liner dengan lebar yang dapat ditempuh hanya dalam 5 menit ini dipertanyakan, kata Elizabeth Plater-Zyberk, profesor arsitektur di University of Miami dan mitra pendiri di DPZ CoDesign, sebuah firma desain perkotaan dan arsitektur. Untuk mendukung tingkat transportasi umum itu, Plater-Zyberk mengatakan kepada Live Science, jalur tersebut akan membutuhkan node yang lebih besar yang mampu menampung lebih banyak orang.

"Jika hanya ada beberapa ratus orang di setiap perhentian, secara ekonomi Anda tidak akan menopang investasi dalam infrastruktur itu," katanya.

Baca Juga: Video: Menggali Cerita Istimewa dari Kota-Kota di Pesisir Utara Jawa