Dalam unggahan foto-foto yang disertai penjelasan rinci tentang temuan buku matematika kuno tersebut, Johari memberikan gambaran seperti apa kehidupan di Indonesia saat dikuasai Belanda. Semua cerita tersebut digambarkan dalam rangkaian soal matematika tingkat dasar di dalam buku itu.
Jenis pertanyaan matematika yang ada dalam buku tersebut menggabungkan situasi kehidupan nyata (atau tidak begitu nyata) di Indonesia pada masa kolonialisme saat itu. Buku tersebut berjudul 'Beberapa Hitoengan', yang berarti 'Beberapa Soal Perhitungan'.
Buku ini ditulis dalam bahasa Indonesia kuno bergaya Belanda, menggunakan banyak huruf khusus Belanda seperti 'oe' dan 'j'. Huruf 'j' yang terakhir diucapkan seperti huruf 'y'.
"Tidak, ini bukan tentang angka. Buku ini bercerita lebih banyak tentang manusia biasa, kehidupan sehari-hari orang pada titik waktu yang berbeda. Buku ini memberi kita pandangan menyeluruh tentang masyarakat, budaya, dan orang-orang," kata Johari kata dalam postingan Facebook-nya sebagaimana dilansir Mashable SE Asia.
Baca Juga: Jatuhnya Pengaruh Luwu oleh Belanda, Kuasa Terakhir di Sulawesi
Salah satu contohnya adalah penggunaan 'Malajoe' sebagai pengganti kata 'Melayu' (kemudian diubah namanya menjadi Bahasa Indonesia). Meskipun 'Malajoe' mungkin terdengar seperti bumbu Cina yang populer dan beberapa pria bernama 'Joe', sebenarnya kata ini diucapkan sebagai Mala-yu. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, dalam bahasa Belanda, huruf 'j' dilafalkan seperti huruf 'y'. Itu juga sama dalam bahasa Jerman.
Buku tersebut ditulis untuk didistribusikan di kota Batavia, atau sebagaimana orang Belanda menyebutnya, Ratu dari Timur. Sekarang, namanya Jakarta.
Soal-soal matematika yang menjadi fokus dalam buku ini berkisar pada keuntungan, menyentuh elemen sewa bulanan, pinjaman, cicilan, upah, dan harga eceran. Buku ini bisa menjadi pertanda kehidupan sezaman di Indonesia pada saat itu.
Baca Juga: Saat Pulau Run di Maluku Ditukar dengan Manhattan di Amerika