Penjelasan Astronom soal Dugaan Penampakan Meteor Jatuh di Banggai

By Utomo Priyambodo, Kamis, 18 Maret 2021 | 22:38 WIB
Cuplikan video dari penampakan yang diduga sebagai meteor jatuh di Banggai, Sulawesi Tengah. (YouTube)

 

Menanggapi video viral tersebut, astronom amatir Indonesia, Marufin Sudibyo, membenarkan bahwa penampakan benda jatuh itu adalah meteoroid. "Betul itu merupakan kejadian masuknya meteoroid ke atmosfer Bumi," kata Marufin seperti dikutip dari Kompas.com.

Menurut dia, penampakan fenomena meteor jatuh di Banggai, Sulawesi Tengah, kali ini sangat terang atau boloid (bolide), karena pada puncaknya sempat seterang Bulan purnama. "Makanya kejadian langit ini bisa disebut Peristiwa Banggai atau Peristiwa Pagimana (lokasi dimana kejadian tersebut terekam)," ujarnya.

Baca Juga: Fakta yang Perlu Anda Tahu Seputar Jatuhnya Meteorit di Lampung Tengah

 

Pernyataan Marufin itu juga dibenarkan oleh Rhorom Priyatikanto, peneliti astronomi dari Pusat Sains Antariksa Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan). "Dari video yang saya lihat, tampak seperti meteor terang/bolide," kata Rhorom seperti juga dilansir Kompas.com.

Melihat intensitas cahaya yang dihasilkan, ia menduga meteor itu memiliki ukuran yang cukup signifikan. "Untuk dapat terlihat seterang itu, bisa jadi meteor berukuran puluhan sentimeter. Meteor punya beragam ukuran. Dari yang sebesar debu, kerikil, bongkahan batu, hingga yang semeter. Makin besar (ukurannya) makin jarang (ditemukan)," paparnya.

Rhorom menjelaskan ukuran meteor yang lebih kecil dari itu pun sebenarnya sudah bisa memunculkan cahaya yang bisa teramati dengan mata telanjang. "Meteor yang berukuran lebih dari 1 sentimeter bisa menghasilkan jejak cahaya yang cukup terang dan terlihat dengan mata."

Namun begitu, perlu juga dipahami bahwa tidak semua benda bercahaya yang terlihat di langit adalah meteor yang jatuh, karena bisa saja itu merupakan sampah antariksa atau benda buatan manusia. Meski demikian, ada perbedaan yang bisa kita jadikan patokan untuk mengetahui apakah itu adalah meteor atau benda lain.

"Kecepatan meteor biasanya lebih tinggi dan bisa menghasilkan cahaya yang lebih terang. Kalau sampah antariksa, cenderung pecah berkeping-keping sedari awal," jelas Rhorom.

Baca Juga: Ahli Antariksa Temukan Badai Luar Angkasa Hujani Bumi dengan Elektron

Dugaan terkait suara dentuman yang terdengar di Banggai sebagai peristiwa meteor jatuh semakin dikuatkan pula oleh konfirmasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Mereka tidak mendeteksi suara dentuman tersebut sebagai peristiwa gempa bumi ataupun erupsi gunung berapi.

"Sensor seismik BMKG di Luwuk tidak mencatat adanya anomali gelombang seismik saat masyarakat Pagimana, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, melaporkan adanya lintasan meteor," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, seperti yang ia tulis di akun Twitter dan Facebook pribadinya.

Baca Juga: Satu Tahun GRID STORE: Tersedia Layanan Pelanggan Majalah-el Berdiskon