Misteri Empat Topi Emas dari Zaman Perunggu yang Mirip Topi Penyihir

By Utomo Priyambodo, Selasa, 23 Maret 2021 | 12:00 WIB
Empat Topi Emas dari Zaman Perunggu. (Wikimedia Commons)

Keempat topi emas itu adalah penemuan arkeologi langka yang berasal dari Zaman Perunggu, yang berlangsung dari 3300 - 700 Sebelum Masehi. Semua topi itu tampaknya dibuat sekitar pertengahan periode ini, antara 1400 - 800 Sebelum Masehi. Masing-masing topi itu ditemukan secara terpisah, selama 160 tahun, di lokasi yang berbeda. Tiga di antaranya di Jerman dan satu di Prancis. Tentu saja ada kemungkinan lebih banyak topi emas semacam ini akan ditemukan di masa depan.

Ancient Origins melaporkan peninggalan topi-topi emas ini benar-benar dibuat dari lembaran emas. Topi-topi ini memiliki desain astronomi yang rumit dan menunjukkan keahlian yang luar biasa dari pembuatnya. Keempat topi ini memiliki kesamaan ciri-ciri yang mencolok.

Baca Juga: Sokushinbutsu, Ritual Biksu Jepang Mengubah Dirinya Menjadi Mumi

Topi Emas Schifferstadt (Wikimedia Commons)

Topi pertama ditemukan pada tahun 1835 di Schifferstadt, Jerman. Topi ini disebut sebagai Topi Emas Schifferstadt. Topi emas ini ditemukan oleh seorang petani, dan tampaknya topi ini dulunya sengaja dikuburkan oleh pemiliknya.

Topi ini adalah yang terpendek dari empat topi emas yang ditemukan. Tinggi topi ini "hanya" 29,6 cm.

Topi ini terdiri atas pita yang menutupi seluruh bagian topi, dengan setiap pita dihiasi dengan salah satu dari beberapa desain termasuk lingkaran, bentuk cakram, dan bentuk seperti mata. Topi Emas Schifferstadt diyakini telah diproduksi antara tahun 1400–1300 Sebelum Masehi.

Kerucut Emas Avanton (Wikimedia Commons)

Topi kedua yang ditemukan adalah Kerucut Emas Avanton yang ditemukan di Avanton, Prancis, pada tahun 1844. Kerucut Emas Avanton diyakini dibuat antara tahun 1000-900 Sebelum Masehi, dan merupakan satu-satunya topi yang bagian tepinya telah hilang atau rusak.

Tanda-tanda kerusakan ini menunjukkan bahwa Kerucut Emas Avanton memang memiliki pinggiran juga seperti topi lainnya. Bagian kerucut topi ini memiliki tinggi 55 cm. Topi Avanton juga dikelilingi pita, dengan simbol lingkaran berulang.

Baca Juga: Gunung Es Seluas Dua Kali Jakarta Lepas, Singkap Misteri Antartika

Kerucut Emas Ezelsdorf-Buch (Wikimedia Commons)

Topi ketiga yang ditemukan adalah Kerucut Emas Ezelsdorf-Buck yang ditemukan di dekat Ezelsdorf, Jerman, pada tahun 1953. Kerucut Emas Ezelsdorf-Buck berdiri sebagai yang tertinggi dari empat topi, dengan tinggi 88 cm, dan berisi desain pita yang sama dengan pola berulang lingkaran, cakram, dan bentuk seperti mata. Topi ini diyakini berasal antara tahun 1000-900 Sebelum Masehi.

Topi Emas Berlin (Wikimedia Commons)

Asal usul topi emas keempat kurang jelas tetapi diyakini telah ditemukan di Jerman bagian selatan atau Swiss. Topi ini diketahui dalam perdagangan seni internasional pada tahun 1995.

Topi ini berasal dari 1000-800 Sebelum Masehi, dan dikenal sebagai Topi Emas Berlin karena dibeli oleh Berlin Museum. Tingginya 75 cm, dengan pola pita yang sama dengan yang lain.

Tujuan dari pemebuatan topi-topi emas ini belum diketahui. Karena masing-masing topi ini ditemukan di daerah yang berbeda, spekulasi yang berkembang adalah topi-topi ini merepresentasikan kelompok-kelompok tertentu, dengan asumsi bahwa tiap topi digunakan untuk tujuan yang sama.

Untuk beberapa waktu, topi-topi ini diyakini sebagai simbol kesuburan. Para peneliti juga pernah meyakini topi-topi ini adalah bagian dari baju zirah kuno, atau bahwa topi-topi itu digunakan sebagai vas seremonial.

Belakangan, topi-topi itu diyakini dipasang di tiang-tiang di tempat-tempat pemujaan, sebagai topi dekoratif. Ada juga spekulasi bahwa keempat topi emas itu dulunya milik para penyihir kuno, karena kemiripannya dengan gaya topi penyihir.

Baca Juga: Mengikuti Ritual Rambu Solo di Mamasa, Apa Bedanya dengan di Toraja?

Wilfried Menghin, direktur Museum Berlin, telah mempelajari topi-topi itu secara ekstensif. Menurut Menghin, para pendeta raja "dianggap sebagai Penguasa Waktu yang memiliki akses ke pengetahuan ilahi yang memungkinkan mereka untuk melihat ke masa depan."

Menurut Menghin, simbol matahari dan bulan cocok dengan "Siklus Metonik" yang memberikan penjelasan tentang hubungan waktu antara matahari dan bulan. Pengetahuan yang diberikan oleh pola ini akan memungkinkan prediksi jangka panjang siklus matahari dan bulan.

 

Penggunaan topi untuk memprediksi pergerakan matahari dan hubungan waktu antara matahari dan bulan sendiri, bukanlah hal yang sepenuhnya baru. Sebab, banyak artefak kuno menunjukkan banyak fokus pada fitur astrologi semacam itu.

Namun begitu, alasan mengapa manusia-manusia dari Zaman Perunggu tersebut memilih untuk mengungkapkan ramalan semacam itu di atas topi-topi emas ini masih belumlah terpecahkan. Mungkin dengan penelitian lebih lanjut, suatu hari para peneliti akan tahu mengapa "para penyihir" dari Zaman Perunggu mengenakan topi emas yang spektakuler ini.

Apapun kegunannya, yang jelas topi-topi ini menunjukkan bahwa manusia-manusia prasejarah yang mendiami Eropa selama Zaman Perunggu ternyata jauh lebih pintar dari yang diyakini semula. Selain itu, temuan empat topi emas ini juga telah memberikan wawasan yang menarik tentang kehidupan dan praktik manusia-manusia yang hidup sekitar tiga ribu tahun lalu.

Baca Juga: Satu Tahun GRID STORE: Tersedia Layanan Pelanggan Majalah-el Berdiskon