Studi Baru Khawatirkan Keberadaan Ikan Kakap dan Kerapu di Laut Jawa

By Utomo Priyambodo, Jumat, 26 Maret 2021 | 08:00 WIB
Ikan kakap remaja di Laut Jawa-Selat Makassar. (harum.koh via Flickr)

Perikanan kakap dan kerapu Indonesia, bersama-sama disebut "perikanan demersal lereng dalam", adalah salah satu perikanan paling berharga di negara ini. Perikanan ini mencakup lebih dari seratus spesies ikan, antara lain kakap putih (Pristipomoides typus), kerapu areolat (Epinephelus areolatus), dan satu spesies ikan kakap merah yang disebut kakap pelana (Lutjanus malabaricus).

Kakap dan kerapu dewasa hidup setidaknya 50 meter di bawah permukaan laut, dan terkadang ratusan meter, tergantung pada spesiesnya. Kehidupan di kedalaman ini membuat mereka dinamakan sebagai perikanan demersal lereng dalam.

Yang menarik adalah ikan-ikan remaja dari spesies-spesies ini berperilaku berbeda dan cenderung berkumpul di laut yang lebih dangkal dibandingkan ikan-ikan dewasa. Misalnya, kakap pelana menghuni perairan dengan kedalaman kurang dari 10 meter saat mereka masih muda, dan berpindah ke perairan yang jauh lebih dalam, setidaknya 140 meter, saat dewasa.

Baca Juga: Fosil Ikan Purba Ditemukan, Bentuknya Mirip Hiu Bersirip Pari Manta

Ikan kerapu remaja. (Francois Libert via Flickr)

Melindungi ikan-ikan yang belum dewasa adalah kunci untuk menjaga kelestarian perikanan dalam jangka panjang. Menangkap ikan remaja sebelum dewasa tidak hanya menghilangkannya dari populasi, tetapi juga semua keturunannya di masa depan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan populasi dalam jangka panjang.

Oleh karena itu, studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Conservation Science and Practice ini menyarankan bahwa penetapan kawasan perlindungan laut (KPL) dapat menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan pengelolaan perikanan demersal lereng dalam. Studi ini secara spesifik menyarankan wilayah Laut Jawa-Selat Makassar, tempat sebagian besar ikan-ikan remaja itu ditangkap, untuk jadi kawasan prioritas untuk dilindungi.

Dalam studi ini, Elle Wibisono, Anggota Knauss Marine Policy di Senat AS, dan rekan-rekan penelitinya mengumpulkan data tentang spesies, jumlah, dan ukuran ikan yang ditangkap oleh para nelayan di 384 kapal di seluruh Indonesia. Studi ini ditempuh melalui kemitraan dengan The Nature Conservancy. Para kapten kapal diberikan sejumlah gaji bulanan sebagai imbalan atas partisipasi mereka dalam proyek tersebut.