Terhenti sejak Konflik 1999, Maluku Akhirnya Kembali Ekspor Pala

By Utomo Priyambodo, Kamis, 1 April 2021 | 09:00 WIB
Pala dari Maluku. (Pixabay/fietzfotos)

Nationalgeographic.co.id—Provinsi Maluku akhirnya kembali mengekspor biji pala ke luar negeri setelah sempat terhenti selama 21 tahun sejak adanya konflik 1999. Kegiatan ekspor komoditas unggulan Maluku itu berlangsung di Pelabuhan Yos Sudarso, Ambon, pada Selasa 30 Maret 2021.

Sebanyak 28 ton biji pala dikemas dalam satu kontainer berkapasitas 400 feet dengan tujuan ekspor China. Ekspor hasil bumi Maluku ini dilepas secara resmi di Pelabuhan Yos Sudarso oleh Sekretaris Daerah Provinsi Maluku Kasrul Selang didampingi Kepala Kantor Wilayah Bea Cukai Maluku Erwin Situmorang, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Maluku Elvis Pattiselano, serta Tim Percepatan Ekspor Maluku.

Kasrul Selang mengatakan, ekspor komoditas pala perdana dari Ambon itu dilakukan kembali setelah sempat terhenti sejak Kepulauan Maluku dilanda konflik etnis-politik yang melibatkan agama pada tahun 1999. "Ini usaha kerja tim ekspor dan niat baik Pak Riki dan Pak Petra (eksportir), akhirnya (bisa langsung) ekspor dari Maluku. Selama ini Pak Petra bekerja bawa ke Surabaya. Tapi dengan bantuan dari tim ekspor, kita sudah canangkan bahwa kita akan ekspor dari Ambon, Maluku," ujar Kasrul seperti dikutip dari Kompas.com.

Kasrul menjelaskan, selama ini ekspor biji pala ke negara-negara luar terus dilakukan, tetapi tidak melalui Ambon, melainkan lewat Surabaya. Adapun nilai ekspor 28 ton biji pala asal Maluku yang diekspor ke China itu senilai 215 juta dolar Amerika Serikat atau lebih dari 3,6 triliun rupiaj.

Baca Juga: Ketika Setengah Kilogram Pala Banda Dibeli Seharga Tujuh Sapi Gemuk

Peta "Moluccae Insulae Celeberrimae" (Kepulauan Maluku nan Sohor), teknik litografi oleh Jodocus Hondius. Peta ini dibeli oleh kartografer asal Belanda, Willem Janzoon Blaeu pada 1629, sekitar seabad lebih setelah Portugis menemukan Kepulauan Rempah. (Willem Janzoon Blaeu)

Meski ekspor pala dari Ambon mulai berjalan kembali, persoalan yang harus dipecahkan saat ini adalah soal ketersediaan laboratorium uji aflatoksin atau jamur yang belum ada di Ambon. "Hal ini dikarenakan negara tujuan ekspor memiliki standar-standar yang harus dipenuhi, salah satunya uji aflatoksin. Dan ini menjadi tugasnya kita (pemerintah) untuk menyiapkan hal ini," tutur Kasrul.

Kepala Kantor Wilayah Bea Cukai Maluku, Erwin Situmorang menjelaskan, pihaknya ikut mendorong agar petani dan pengusaha di Maluku dapat mengekspor langsung hasil bumi mereka. Bea Cukai sangat mendukung kegiatan ekspor di Maluku berjalan dengan baik karena hal itu akan berdampak langsung terhadap perekonomian Maluku.