Terhenti sejak Konflik 1999, Maluku Akhirnya Kembali Ekspor Pala

By Utomo Priyambodo, Kamis, 1 April 2021 | 09:00 WIB
Pala dari Maluku. (Pixabay/fietzfotos)

"Prinsipnya Bea Cukai memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat untuk memastikan kegiatan ekspor tidak terhambat," kata Erwin.

Sementara itu eksportir pala Ricky Wong dari PT Subuh Anugerah Indonesia (SAI) memastikan pihaknya akan terus mendukung upaya ekspor komoditas pala langsung dari Ambon agar bisa berjalan lancar. "Ke depannya kami akan selalu mendukung program ekspor ini. Kami juga menargetkan dalam setiap bulannya, ada ekspor pala langsung dari Ambon."

Baca Juga: Saat Pulau Run di Maluku Ditukar dengan Manhattan di Amerika

Pala telah menjadi komoditas unggulan dari Kepulauan Maluku sejak berabad-abad tahun lalu. Banyak pedangan dan penjelajah samudra rela menempuh ribuan kilometer untuk bisa mendapatkan pala dari kepulauan ini.

Pada abad ke-14 Masehi, di Jerman disebutkan bahwa satu pon atau sekitar setengah kilogram pala dihargai setinggi "seven fat oxen", atau "tujuh sapi jantan dewasa yang gemuk". Pada abad ke-17 Masehi, Belanda rela menukar Pulau Manhattan di Amerika dengan Pulau Run di Maluku demi mendapatkan palanya.

Saat itu harga pala di Eropa bisa melonjak 60.000 kali lipat dari harga tempat ia dipanen di Maluku. Keuntungan yang menggiurkan inilah yang memicu konflik antara para penjajah dari Eropa dengan rakyat lokal di Maluku saat itu. Bahkan konflik juga terjadi antarpenjajah dari Eropa, yakni Belanda, Portugis, dan Inggris, yang hendak menguasai pulau-pulau di Maluku.

Baca Juga: Satu Tahun GRID STORE: Tersedia Layanan Pelanggan Majalah-el Berdiskon