Nationalgeographic.co.id—Tum paas aaye yoon muskaraye ... tumne na jaane kya sapne dikhaye... Rasanya kalimat berikutnya tidak perlu diberitahu, anda tentu sudah bernyanyi dalam hati bukan?
Penggalan lagu Kuch Kuch Hota Hai itu menandai debut Karan Johar sebagai sutradara top era 1998 dan mengenalkan nama Shah Rukh Khan, Kajol, dan Rani Mukerji pada sebuah roman cinta segitiga yang ikonik di Bollywood bahkan dunia.
Lagu itu menjadi lagu kebangsaan untuk semua romantisme dengan sesekali berjoget, membawa cita rasa India ke level atas dalam percintaan gejolak muda-mudi bangsa ini. Dengan memori yang kita simpan sendiri. Tapi terlepas dari semua ingatan kita tentang itu, ada satu orang yang sama sekali tidak senang dengan judul film atau lagu tersebut.
Adalah seorang maestro bernama Javed Akhtar. Ia adalah penulis lirik untuk film itu dan Shah Rukh menceritakan betapa dia tidak senang dengan judul film tersebut.
Baca Juga: Sejarah Catur dari India, Dimainkan Sahabat Nabi, Masuk Hindia Belanda
Pada sebuah video yang dibagikan oleh Shah Rukh pada cara Ted Talks India Nayi Soch, Shah Rukh menceritakan.
"Saya kenal Javed Sahab sejak saya datang ke Mumbai, hampir selama 25 tahun. Banyak pemikiran saya, pendidikan datang dari Javed Sahab. Saya akan menceritakan kejadian saat dia sangat kesal dengan kami. Kami sedang mengerjakan film Kuch Kuch Hota Hai, tetapi dia tidak senang dengan judulnya.
Dia membalas, 'ab ti mera dil jaage na sota hai kyakarun haaye kuch kcuh hota hai' apakah itu yang kamu inginkan? Lirik lagu itu dilemparkan kepada kami dengan amarah. Jadi, bahkan jika dia mengatakan sesuatu dalam amarahnya, itu seolah menjadi kata-kata emas. Itu adalah keahlianya," ucap Shah Rukh pada 2017.
Javed Akhtar merupakan penyair, penulis lirik, dan penulis naskah India yang terkenal. Ia juga putra dari Jan Nisar Akhtar, seorang penulis lagu Bollywood dan penyair Urdu dan Safia Akhtar, seorang penyanyi sekaligus guru dan penulis.
Javed menjadi salah satu penulis naskah terkenal selama tahun 1970-an dan 80-an. Beberapa karya terbaiknya terdiri atas Andaz, Yadoon ki Baarat, Deewar, Seeta aur Geeta, Dostana, Sholay, dan Mr. India.
Menurut laman Times of India, Javer meninggalkan pekerjaan menulis skenario dan menjadi aktivis sosial-politik.
Javer juga dianugerahi penghargaan Padma Shri pada 1999. Kemudian, Padma Bhushan pada 2007. Dalam puisinya Lava, ia menerima Penghargaan Akademi Sahitya dalam bahasa Urdu. Dia juga memenangi beberapa penghargaan film nasional atas kontribusinya dalam dunia film.