Takdir Bom Atom 'Ketiga' Sekutu dan Para Ilmuwan yang Jadi Korbannya

By Utomo Priyambodo, Senin, 5 April 2021 | 13:00 WIB
Bom atom Demond Core saat diuji di laboratorium. (Los Alamos National Laboratory)

Bagi para ilmuwan di Laboratorium Los Alamos di New Mexico, Amerika Serikat, peristiwa pengakuan kekalahan dari kaisar Jepang tersebut memiliki makna yang lebih mendesak. Itu berarti jantung fungsional dari bom atom ketiga yang mereka kerjakan --bola plutonium dan galium halus seberat 6,2 kilogram-- tidak akan diperlukan lagi untuk upaya perang. Maka inti radioaktif dari bom nuklir yang mulanya diberi nama kode 'Rufus' itu kemudian hanya disimpan dalam lab tersebut untuk pengujian lebih lanjut.

Selama pengujian inilah sisa nuklir yang akhirnya dikenal sebagai Demon Core itu mulai mencelakakan satu per satu ilmuwan di Los Alamos. Science Alert melansir, kecelakaan pertama terjadi kurang dari seminggu setelah Jepang menyerah, dan hanya dua hari setelah tanggal dibatalkannya pemboman Demon Core.

Bom nuklir dengan kode nama (Bayu Dwi Mardana)

Misi pemboman itu mungkin batal diluncurkan, tetapi Demon Core yang terdampar di Los Alamos masih punya potensi besar untuk digunakan dalam perang di masa depan. Untuk mengecek potensi itu, para ilmuwan di sana memeriksa tingkat kekritisannya.

Para ilmuwan Los Alamos tahu betul risiko dari apa yang mereka lakukan ketika mereka melakukan eksperimen kekritisan dengan bom atom itu. Mereka bahkan memiliki julukan informal untuk eksperimen berisiko tinggi, yang mengisyaratkan bahaya dari apa yang mereka lakukan. Mereka menyebutnya "menggelitik ekor naga", tahu bahwa jika mereka tidak beruntung membangunkan binatang yang marah itu, mereka akan terbakar.

Dan itulah yang terjadi pada fisikawan Los Alamos Harry Daghlian.

Baca Juga: Studi Ungkap Psikologi Pelaku Bom Bunuh Diri, Ternyata Mirip Tentara