Studi Terbaru Coba Ungkap Identitas Manusia Hobbit dari Flores

By Utomo Priyambodo, Rabu, 7 April 2021 | 17:00 WIB
Raut wajah Homo floresiensis yang direkonstruksi oleh John Gurche, seniman asal Amerika yang pernah menjadi konsultan Jurassic Park. Sementara, kisah bertajuk Mereka yang Terlewatkan Waktu ditulis oleh Mike Morwood, Thomas Sutikna (Pusat Penelitian Arkeologi Nasional), dan Richard Roberts. (Kenneth Garrett/National Geographic)

"Mungkin H. floresiensis dan H. luzonensis bukanlah kelompok super-kuno yang sangat berbeda seperti yang kita asumsikan saat ini," ujar Teixeira seperti dikutip dari Live Science.

Namun, tidak semua orang yang menjadi bagian dari studi ini setuju dengan kesimpulan itu. Rekan penulis studi Chris Stringer, ahli paleoantropologi di Natural History Museum di London, mencatat bahwa bukti arkeologi menunjukkan H. floresiensis dan H. luzonensis hidup di Asia Tenggara sejak setidaknya 700.000 hingga 1 juta tahun yang lalu, jauh sebelum garis keturunan Denisovan pertama kali berevolusi. Mengingat hal itu, dia berpendapat bahwa manusia hobbit dari Flores maupun Luzon mungkin terlalu kuno untuk dianggap sebagai keturunan Denisovan selatan.

Baca Juga: DNA Tertua di Dunia Ditemukan, Milik Mammoth Purbakala di Siberia

Gigi Homo luzonensis yang ditemukan. (Callao Cave Archaeology Project)

Texeira memberi tanggapan, fosil-fosil tertua yang diduga terkait dengan H. floresiensis dan H. luzonensis di wilayah tersebut mungkin sebenarnya bukan milik kedua spesies itu. Sebaliknya, fosil-fosil tersebut mungkin merupakan jejak dari kelompok sebelumnya. Jadi mungkin saja H. floresiensis atau H. luzonensis --atau keduanya-- datang belakangan ke pulau masing-masing dan masih mungkin merupakan keturunan Denisovan.

Namun demikian, bagaimanapun, dugaan hubungan antara manusia hobbit dan Denisovan ini masih belum pasti karena para ilmuwan belum berhasil menganalisis DNA dari fosil H. floresiensis atau H. luzonensis, ujar Teixeira memperingatkan.

“Sulit bagi DNA untuk terawetkan di daerah tropis,” katanya. "Saat ini, gagasan ini hanya spekulasi. Tapi H. floresiensis dan H. luzonensis jelas berada di tempat yang tepat dan pada waktu yang tepat untuk menjadi Denisovan selatan."

Untuk membantu mengisi cabang-cabang pohon keluarga manusia yang hilang di kepulauan Asia Tenggara, para peneliti tidak hanya terus mencari DNA pada fosil-fosil manusia dari wilayah ini, tetapi juga mencari fosil-fosil di daerah lain seperti Australia, kata Teixeira.

Secara keseluruhan, Teixeira memprediksi, "penemuan besar berikutnya dalam evolusi manusia akan terjadi di kepulauan Asia Tenggara."

Baca Juga: Satu Tahun GRID STORE: Tersedia Layanan Pelanggan Majalah-el Berdiskon