Kapur Barus, Cerita Rempah dari Kedatuan Sriwijaya Kian Pupus

By National Geographic Indonesia, Selasa, 6 April 2021 | 10:00 WIB
Lampu kilat menerangi Stupa Mahligai dan Candi Tua di ambang malam. Percandian Muaratakus di Riau ini diyakini memiliki peran penting pada suatu babak perjalanan Sriwijaya. (Reynold Sumayku/National Geographic Indonesia)

Oleh Reynold Sumayku

 

Nationalgeographic.co.id—Pertanyaan paling kerap dilontarkan mengenai Sriwijaya adalah, “Di mana ibu kotanya?” “Di mana istananya?”

Meskipun sebagian besar ilmuwan menyepakati Palembang sebagai pusat Sriwijaya pada periode awal, perdebatan tentang letak ibu kota kerajaan ini selalu muncul. Sebabnya, hingga sekarang belum ditemukan sisa-sisa reruntuhan yang merupakan istana atau keraton Sriwijaya.

Mengenai peluang terjadinya penemuan keraton Sriwijaya, para ahli menyatakan kemungkinannya tipis sekali. “Permukiman Sriwijaya dibuat dengan konsep mendesa,” jelas Nurhadi Rangkuti, Kepala Balai Arkeologi Palembang. “Rumah-rumah dibangun dengan bahan kayu dan bambu berupa rumah panggung atau rumah terapung,” lanjutnya.

Alasannya, lokasi permukiman berada di tepian Sungai Musi yang terkadang meluap. Dataran di wilayah Palembang pada masa silam juga banyak berupa rawa. Hanya bangunan keagamaan yang dibangun oleh Sriwijaya dengan bahan bata merah, mengingat lokasinya berada di tempat yang tinggi.