Mempengaruhi Iklim di Indonesia, Tibet Kian Hangat di Masa Depan

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 7 April 2021 | 10:00 WIB
Yaks <i>(Bos mutus)</i> dengan latar pegunungan berlapis salju di Tibet. Dataran tinggi (Yunaidi Joepoet)

Dalam rentang 2041 hingga 2060, mereka menulis, bahwa suhunya akan meningkat sebesar 3 derajat Celcius. Sedangkan pada 2081 hingga 2060, bisa memanas hingga 5,95 derajat Celcius.

"Pemahaman yang jelas tentang pemanasan masa lalu di Dataran Tinggi Tibet, terutama pengaruh dari aktivitas manusia--dapat membantu mengantisipasi dan menafsirkan perubahan di masa depan yang lebih baik," terang Zhou dalam rilis.

Peran Tibet di Asia Tenggara

Selain menjadi 'menara air raksasa' di Asia yang mengairi sungai di benua Asia, Tibet ternyata memiliki peran penting untuk cuaca dan iklim Asia Tenggara, seperti Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Tong-Wen Wu dan Zheng-An Qian pada 2003, mengungkapkan, selama Tibet mengalami musim salju yang lebat dapat berdampak pada rendahnya curah hujan selama musim panas di Asia Selatan dan Tenggara.

Namun secara umum, cuaca yang terjadi di Dataran Tinggi Tibet lebih banyak berdampak pada kawasan di Tiongkok tengah seperti kawasan lembah Sungai Yangtze. Laporan itu mereka publikasikan di jurnal American Meteorological Society (Vol. 16 Issue 12)

Sedangkan ditemuan lain, keberadaan Dataran Tinggi Tibet di musim dingin juga telah berkontribusi untuk menciptakan pusaran siklon yang sering terjadi di kawasan selatan garis khatulistiwa.

Pusaran siklon sendiri dapat menyebabkan durasi musim kemarau yang relatif lama di Asia Tengah dan selatan. Tetapi di sisi lain juga membantu melembabkan iklim di Asia Tenggara (Wu, G. & Liu, Y. 2016:7).