Mohammad Hatta Meluruskan Kontroversi Peristiwa Rengasdengklok 1945

By National Geographic Indonesia, Minggu, 1 Agustus 2021 | 11:00 WIB
Mohammad Hatta berbicara selama sesi parlemen sementara, KNIP, dan para delegasi pada awal 1947. Bukunya bertajuk 'Seputar Proklamasi' yang terbit pada 1969, telah menyingkap apa yang sesungguhnya terjadi jelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. (Cas Oorthuys/Nederlands Fotomuseum )

 

Sekitar Proklamasi merupakan salah satu buku Muhammad Hatta yang diterbitkan tahun 1969. Bukunya ini menjadi hasil dari perluasan tulisannya di majalah Mimbar Indonesia terkait hal-hal tidak benar tentang Proklamasi Indonesia Merdeka.

Bagi Hatta, peristiwa Rengasdengklok menjadi salah satu di antara beberapa hal-hal tidak benar yang tumbuh subur dalam penulisan sejarah sekitar proklamasi. Dimana di sana tertulis bahwa dirinya dan Soekarno hanya bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia setelah dipaksa para pemuda.

Dalam bukunya, Hatta mengungkapkan bahwa sejarah menuliskan dirinya dan Soekarno menolak desakan para pemudia yang memaksa mereka menyetujui proklamasi kemerdekaan Indonesia. Itu mengapa mereka dibawa ke Rengasdengklok dan dipaksa untuk menandatangi Proklamasi Indonesia.

Hatta menemukan banyak keganjilan dalam sejumlah penulisan sejarah terkait perisitiwa Rengasdengklok. Banyak dari mereka yang menuliskan alasan dibawanya Hatta dan Soekarno ke Rengasdengklok dari Jakarta untuk menghindarkan mereka dari pengaruh Jepang. Seperti yang diketahui, Soekarno dan Hatta kala itu tinggal di rumah Laksamana Maeda di Jakarta.

Baca Juga: Bung Karno dan Sate Sebagai Penyambung Lidah Rakyat Asia-Afrika

Mohammad Hatta, saat itu mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, tiba di Sciphol, Amsterdam, Belanda pada 1 Oktober 1963. (Algemeen Nederlands Persbureau )

 

Lalu sejarah membingungkan itu berlanjut ketika dari Rengasdengklok, diceritakan kedua pemimpin negara itu dibawa kembali ke Jakarta pada hari yang sama. “Karena dikuatirkan kedua pemimpin itu akan diperalatkan oleh Jepang kalau tetap tinggal di rumahnya,” begitu sejarah menuliskannya.

“Dikuatirkan kedua pemimpin akan diperalatkan oleh Jepang kalau tetap tinggal di rumahnya di Jakarta, tetapi mereka dibawa kembali ke Jakarta. Logika?” Hatta mempertanyakannya.

Banyak hal yang membuat peristiwa Rengasdengklok diwarnai dengan banyak hal tidak benar. Dari kabar bahwa kedua pemimpin negara tersebut yang dipaksa menandatangani proklamasi dengan todongan senjata para pemuda, hingga kejadian yang tidak pernah terjadi di sana terkait pembentukan konsep Proklamasi Kemerdekaan oleh kedua pemimpin negara dan para pemimpin pemuda.

Hatta tak menyalahkan bagaimana pernyataan kemerdekaan Indonesia, persiapan teks proklamasi, hingga pembukaan UUD 1945 yang secara resmi diserahkan penyusunannya kepada Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: Inilah Pernyataan Laksamana Maeda Demi Kemerdekaan Indonesia