Kabar Paul Salopek, Jurnalis yang Susuri Jejak Jalur Migrasi Manusia

By Fikri Muhammad, Kamis, 15 April 2021 | 11:00 WIB
Reruntuhan kuno Nabataean Arab Saudi dari Madain Salih diukir menjadi singkapan batu pasir sekitar 2.000 tahun yang lalu. (FOTO OLEH JOHN STANMAYER / NATIONAL GEOGRAPHIC)

Nationalgeographic.co.id - Dua kali memenangkan Pulitzer Prize dan jadi rekan National Geographic, Paul Salopek mendokumentasikan dunia dalam Out of Eden Walk. Sejak Januari 2013, pria Amerika berumur 59 tahun itu berjalan kaki dari Afrika di sepanjang jalur kuno manusia, yang dimulai antara 50.000 dan 80.000 tahun yang lalu. 

Pengembaraannya lebih dari 38.000 km melintasi 36 negara yang akan membentang dari Ethiopia ke Argentina, melewati Asia Barat, Jalur Sutra, India, Cina, Siberia, dan pantai barat Amerika Utara dan Selatan sebelum berakhir di Tierra del Fuego di ujung Amerika Selatan. Sejauh ini dia telah menempuh jarak 12.000 km dan saat ini terjebak di Myanmar karena tindakan keras perbatasan karena pandemi. 

Bagaimana kabar terakhir tentangnya?

Salopek mengatakan bahwa proyeknya adalah tentang mendongeng. Sebuah eksperimen dalam jurnalisme yang lambat dan imersif. melalui Out of Eden Walk, dia bertujuan untuk mengumpulkan pengetahuan dengan cara yang lebih lambat, dengan kecepatan yang lebih manusiawi, menanamkan karya-karyanya dengan wawasan yang lebih kaya dan lebih dalam ke lanskap kehidupan orang-orang yang dia temui. 

BBC baru-baru ini bertemu dengan Salopek untuk menanyakan kepadanya bagaimana COVID telah memengaruhi perjalannya, apa yang menginspirasi dia untuk terus berjalan dan apa yang dia inginkan dari warisan pelayarannya. Berikut petikannya:

Paul Salopek Out of Eden Walk dimulai di Afrika dan akan menempuh lebih dari 38.000 km di 36 negara. (RYAN MORRIS / NATIONAL GEOGRAPHIC)

Kami mewawancarai Anda enam tahun lalu, dua tahun setelah perjalanan Anda, ketika Anda berada di Turki Timur. Apakah perjalanan Anda tampak lebih penting atau mendesak mengingat beberapa tantangan yang dihadapi planet baru-baru ini?

Seperti hampir semua orang, saya terpengaruh oleh pandemi. Perbatasan ditutup. Pergerakan dibatasi. Saya telah menghentikan perjalanan di utara Myanmar, menunggu dibuka kembali. Untungnya, di antara hal-hal yang diajarkan dalam perjalanan adalah kesabaran. 

Saya beruntung Myanmar memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang sangat rendah. Mereka mungkin termasuk yang resiten. Saya tidak yang COVID membuat pesan perjalanan saya lebih mendesak. Pandemi menyorot soal ketergantungan kita. Kita tidak akan sembuh sampai semua orang sembuh. Keamanan kita bersifat komunal.

Baca Juga: Bagaimana Peristiwa Masa Lalu Secara Tak Langsung Memicu Terorisme?

Berpegian dan mendongeng adalah hal yang wajar bagi Anda sebagai koresponden asing. Itukan yang menginspirasi Anda untuk melakukan perjalanan ini, dan dapatkan Anda memberitahu kami apa yang menginspirasi  untuk terus berjalan?

Proyek ini tentang mendongeng. Berjalan hanya kendaraan antik untuk misi itu. Penyair Yunani kuno, Griot dari Afrika Barat, dan sarjana Konfusianisme di Cina telah menggabungkan perjalanan kaki dengan narasi, budaya belajar dan berbagi sudah sangat tua. Ini adalah tradisi yang ditemukan di banyak bagian dunia. 

Saya adalah seorang koresponden asing konvensional selama bertahun-tahun, berpindah-pindah antara berita terbaru dengan pesawat atau mobil. Munculnya revolusi informasi hanya mempercepat seluruh proses itu. Kisah kita hari ini bergerak dengan kecepatan cahaya. Jadi, Out of Eden Walk adalah sedikit penolakan terhadap semua itu. Ini bertujuan untuk mengumpulkan pengetahuan dengan cara yang lebih lambat, dengan kecepatan yang lebih manusiawi, pada tingkat yang dirancang untuk diproses oleh otak Zaman Batu yang masih kita bawa ini—yakni pada 5 km/jam.

Dengan memperlambat proses pelaporan saya, pekerjaan saya diharapkan dapat dipenuhi dengan wawasan yang lebih kaya dan lebih dalam tentang landskap dan kehidupan orang yang saya temui. Ini menghubungkan satu cerita ke cerita lainnya secara prima. Ini mendorong Anda untuk berpikir sebelum menulis. Saya menyebutnya "jurnalisme lambat", tapi itu hanya bentuk penemuan tertua kami,

Apa yang membuat saya terus maju? Cerita yang saya temui. Mereka tidak pernah berakhir dan tidak ada dua yang sama. Masing-masing memunculkan pertanyaan baru. 

 

 

Di Uzbekistan yang terpencil, Paul Salopek dan pemandunya melintasi hutan belantara Jalur Sutra yang tidak pernah dikunjungi pejalan kaki selama beberapa generasi. (FOTO OLEH JOHN STANMAYER / NATIONAL GEOGRAPHIC)

Apa yang membuat Anda memutuskan untuk menulusuri jalur kuno migrasi manusia?

Saya seorang ilmuwan dalam pelatihan. Saya mempelajari genetika, arkeologi, dan asal usul manusia. Saya terlalu terpesona betapa eratnya hubunganya populasi manusia global. Dan saya juga tertarik betapa sedikit yang diketahui tentang orang pertama di dunia. Ini adalah kisah pencapaian terbesar manusia dalam 300.000 tahun sejarah spesies kita - eksplorasu seluruh planet, sebagian besar dengan berjalan kaki. Perjalanan itulah yang menjadikan kita mahluk pemecah masalah seperti sekarang ini. 

Karena kita semua berkontribusi pada penemuan asli itu entah bagaimana, karena beberapa nenek moyang yang sama pasti telah berjalan di bagian dari jalan setapak itu, mengikuti rute penyebaran lama berfungsi sebagai narasi pemersatu melalui jalur. Itu adalah pengingat bahwa Donne (penyair Inggris) benar. Nasib kita saling terkait, mungkin sekarang lebih dari sebelumnya. Anda bodoh jika Anda yakin bahwa apa pun yang terjadi di Amerika atau Myanmar tidak akan menyentuh Anda.

Mendokumentasikan perjalanan adalah bagian penting dari proses tersebut. Bagaimana Anda merekam dan membagikan apa yang dilihat dan apa yang ingin diwariskan dari perjalanan?

Saya menulis mingguan atau dua mingguan, dan orang-orang yang berjalan bersama saya - mitra berjalan proyek - juga menyumbangkan cerita mereka sendiri. Sebagian besar materi ini muncul di situs National Geographic. Ada "tonggak sejarah" yang saya catat setiap 100 mil perpindahan di sepanjang perjalanan. Ada peta naratif. Ada galeri foto dan video. Editor saya menghitung bahwa tingkat produksi saat ini, perjalanan berada di jalur yang tepat untuk menghasilkan jutaan kata teks. Mitra berjalan dan saya juga melakukan lokakarya pada perjalanan dalam "jurnalisme lambat".

Saya pikir misi pendidikan ini akan menjadi warisan perjalanan yang nyata. Tidak ada yang membuat saya lebih bahagia daripada meninggalkan komunitas multikultural pendongen yang bijaksana. Dengan cara itu, perjalanan berlanjut melalui orang lain setelah saya gantung sepatu di Tierra del Fuego. 

Dunia adalah tempat yang menakjubkan. Ceritakkan tentang beberapa hal yang membuat Anda jatuh cinta dengan planet kita saat Anda berjalan?

Saya pikir berjalan mengajarkan tentang dunia dengan cara yang ideal. Anda hidup dalam batasan tubuh Anda. Itu membuat Anda membumi, rendah hati. Seperti banyak hal yang baik dalam hidup - cinta, persahabatan, makanan, percakapan. Ada semacam sakramen hari. Anda bangun, minum secangkir teh, mengemasi ransel dan melanjutkan perjalanan. Saat matahari terbenam Anda melakukan proses ini secara terbalik, menikmatinya. Berjalan mengingatkan Anda kembali dengan upacara kedatangan dan keberangkatan yang terlupakan. Ini adalah ritual harian yang telah dilenyapkan oleh transportasi bermotor, kecepatan, jadwal. Dan Anda bangun ke setuap langit tanpa tahu di mana Anda akan tidur selanjutnya, namun dengan arah yang stabil ke hidup Anda: timur. Anda mengalami kontinuitas dalam hidup, yang menurut saya, pasti merupakan keadaan awal kita. Dunia berlalu, jam bangun Anda seimbang antara kewaspadaan dan melamun.

Apa hal pertama yang akan Anda lakukan setelah menyelesaikan perjalanan?

Berjalan mengajarkan saya untuk tidak berekspektasi. Saya tidak punya ide.