Penjelasan PLTA Batang Toru Terkait Ancaman Orangutan Tapanuli

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 16 April 2021 | 09:00 WIB
Orangutan tapanuli jantan, Pongo tapanuliensis, yang menghuni kawasan hutan Batang Toru. Status konservasi IUCN adalah kritis. (Tim Laman/The MorphoBank Project)

Ia menyayangkan bila terdapat penolakan oleh para ilmuwan kepada PLTA lewat penyuratan kepada presiden untuk menutup proyek itu.

Sebab, PLTA adalah upaya untuk memberi pasokan listrik ramah lingkungan di Sumatera Utara yang permintaannya tertinggi. Berbeda dengan pemasok listrik dengan tenaga fosil batubara yang memicu perubahan iklim, PLTA bergantung pada alam sekitar.

Ismanto mengatakan bahwa PLTA Batang Toru berkontribusi memikul 15 persen beban puncak di Sumatra Utara, menggantikan 15 persen penggunaan bahan bakar fosil. Selain itu pembangkit listrik ini juga menjadi bagian dari pelaksanaan pengurangan emisi karbon sesuai dengan Paris Agreement, sekaligus upaya melestarikan hutan dan biodiversitas.

"Inilah yang absen dari hasil kajian para ilmuwan bahwa PLTA tak menyebabkan perubahan iklim," demikian ungkap Ismanto. "Padahal itu variabel besar, semua terdampak di dunia. Apalagi orangutan."

Baca Juga: Hutan di Rawa Tripa Berkurang, Kehidupan Orangutan Sumatra Terancam

Orangutan tapanuli betina, Pongo tapanuliensis, di hutan Batang Toru. (Tim Laman/The MorphoBank Project,)

 

Sementara itu berkait dampak potensial terhadap orangutan, proyek PLTA Batang Toru memberikan sederet rekomendasi. Permasalahan habitat yang terfragmentasi dikurangi dengan mempertahankan kanopi penghubung, membangun jembatan arboreal, dan pengelolaan habitat. Untuk kasus meredam konflik manusia dan satwa, PLTA Batang Toru memberikan pendidikan konservasi dan menghimpun partisipasi masyarakat dalam pemantauan lingkungan melalui patroli.

Ia menyebut, semestinya pembahasan para ilmuwan berfokus pada lingkungan, tanpa harus melibatkan pembahasan investor proyek ini yang didanai oleh perusahaan di Tiongkok.

"Itu di setiap publikasi selalu soal Chinese. Kalau murni soal isu biodiversity enggak usah ngomongin soal investment," protesnya. "Itu kan di sekitar area konservasi kan enggak cuma kami, tetapi kenapa kami yang diserang?"

Ia menambahkan bahwa di kawasan Batang Toru sudah lama dilakukan eksplorasi oleh sawit, dan tambang emas. Berdasarkan pengamatan lewat citra satelit, kawasan konservasi orangutan Tapanuli itu berdekatan dengan lokasi pertambangan emas. "Dia lebih luas loh itu, dan dia industri extracted, enggak bisa diperbarui," Ismanto menambahkan.