Evakuasi Dramatis Bayi Jerapah yang Terjebak di Pulau yang Tenggelam

By Utomo Priyambodo, Kamis, 15 April 2021 | 15:00 WIB
Evakuasi dramatis jerapah dari pulau yang tenggelam di Kenya. (Northern Rangeland Trust)

Para penjaga hutan di pulau itu membantu jerapah-jerapah tersebut agar terbiasa dengan GiRaft dari waktu ke waktu. Mereka memuat tongkang tersebut dengan suguhan lezat, seperti mangga, biji polong, pelet makanan, dan daun akasia, menurut SGN, agar jerapah-jerapah tersebut tertarik menaikinya dan betah di sana.

Setelah jerapah-jerapah tersebut terbiasa berada di atas GiRaft, tim penyelamat kemudian mengangkut mereka satu per satu ke tempat yang lebih tinggi di tempat perlindungan tertutup di Ruko Conservancy. Kawasan konservasi tersebut memliki luas 178 kilometer persegi dan terletak sekitar 1,6 kilometer dari pulau tersebut, harus ditempuh dengan menyeberangi danau.

Penumpang pertama yang naik GiRaft adalah jerapah betina bernama Asiwa, karena air yang naik telah memisahkannya dari kawanan lainnya, tulis perwakilan NRT di Facebook. Selama beberapa bulan berikutnya, semakin banyak jerapah yang dibawa menyeberangi danau. Dan pada 12 April, jerapah yang tersisa, yakni seekor betina bernama Ngarikoni dan bayinya Noelle yang lahir pada akhir Desember akhirnya menyelesaikan proses panjang penyelamatan tersebut.

Baca Juga: Bayi-Bayi Bintang Laut Ternyata Kanibal, Suka Memakan Satu Sama Lain

Populasi jerapah secara umum telah menurun sekitar 40% selama tiga dekade terakhir. Lebih parah lagi, jumlah jerapah Rothschild telah menyusut sekitar 80%, menjadikannya "bisa dibilang salah satu subspesies jerapah yang paling terancam," menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2019 di African Journal of Ecology.

Jerapah Rothschild pernah tersebar luas di Kenya, Uganda, dan Sudan selatan. Sekarang hanya sekitar 3.000 yang tersisa di populasi yang terisolasi di Uganda dan Kenya, memberikan urgensi yang lebih besar untuk misi penyelamatan menggunakan GiRaft tersebut, kata presiden SGN David O'Connor dalam rilisan pernyataan resmi mereka.

Akhir yang bahagia dari kisah pulau jerapah juga mencerminkan kolaborasi penting antara komunitas lokal setempat Njemps dan Pokot. Kedua komunitas tersebut pernah terlibat konflik selama bertahun-tahun. Namun dalam upaya konservasi jerapah-jerapah ini mereka telah bersatu dan bersama-sama menyelamatkan satwa-satwa yang terancam punah tersebut.

Baca Juga: Satu Tahun GRID STORE: Tersedia Layanan Pelanggan Majalah-el Berdiskon