Evakuasi ini berhasil mengantarkan sembilan jerapah terakhir yang terdampar ke tempat aman, menurut pernyataan Save Giraffes Now (SGN), sebuah organisasi nirlaba Amerika Serikat yang bermitra dengan para konservasionis di Kenya. Merekalah yang melakukan upaya penyelamatan dan relokasi terhadap jerapah-jerapah tersebut.
Baca Juga: Mengapa Anak Jerapah Bisa Langsung Lari Ketika Baru Saja Dilahirkan?
Jerapah-jerapah yang mereka selamatkan ini merupakan spesies yang terancam punah, bahkan termasuk subspesies yang sangat terancam punah yang disebut jerapah Rothschild (Giraffa camelopardalis rothschildi). Live Science mewartakan, jerapah-jerapah ini telah hidup di Pulau Longicharo di Danau Baringu, Kenya, sejak tahun 2011.
Namun air danau yang naik berulang kali membanjiri habitat mereka. Oleh karenanya, para konservasionis khawatir jerapah-jerapah itu tidak dapat lagi menemukan cukup makanan di pulau tersebut. Akhirnya, mereka memutuskan untuk mengevakuasi hewan-hewan tersebut dari pulau itu.
Permukaan air di Danau Baringo telah meningkat selama beberapa waktu. Namun pada tahun 2020 tingkat kenaikan air danau tersebut meningkat pesat sehingga membanjiri rumah-rumah pesisir dan tempat-tempat usaha serta mengancam kelangsungan hidup jerapah, kata perwakilan dari Northern Rangelands Trust (NRT) Kenya lewat unggahannya di Facebook pada 2 Desember 2020. Pada tanggal itulah evakuasi terhadap jearah-jerapah di Pulau Longicharo mulai dijalankan.
Untuk membawa jerapah-jerapah kurus itu dari habitat mereka yang menghilang ke tempat perlindungan baru di daratan, SGN bekerja dengan NRT dan lembaga konservasi lokal lainnya: Ruko Community Conservancy dan Kenya Wildlife Service. Orang-orang dari komunitas lokal Njemps dan Pokot berperan merancang dan membangun tongkang pengikat jerapah dengan sisi-sisi yang tinggi dan diperkuat serta didukung oleh 60 drum kosong. Tongkang tersebut kemudian ditarik oleh kapal-kapal mesin.
Baca Juga: Turis Mancanegara di Bali Tak Sadar Memegang Hewan Beracun Mematikan