Seorang geolog independen bernama Awang Harun Satyana memiliki analisis sendiri terkait kondisi di lokasi yang diduga jadi titik hilang dan jatuhnya kapal selam itu. Lokasi perairan utara Bali yang memiliki kedalaman hingga 700 meter itu menurut Awang adalah "posisi yang genting."
"Posisi itu ada di tepi timur Paparan Sunda dengan lereng yang curam menuju tepi paparan. Lalu lokasi ini pun sangat dekat dengan Arlindo (Arus Lintas Indonesia) bagian tengah yang melintas melalui Selat Makassar dan Selat Lombok. Arus ini arus dasar laut yang kuat dan turbid, pekat, sehingga berenergi besar melintasi Indonesia bagian tengah dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia," tulis Awang dalam akun Facebook miliknya. Dia menambahkan, "Arus sekuat ini mudah saja membawa kapal di dasar laut bila ada di jalannya dan membawanya ke tempat dalam ke Selat Lombok lalu Samudra Hindia." Pertanyaan utama yang genting atas keadaan ini, menurut Awang, dapatkah kapal selam ini ditemukan sebelum kapasitas oksigennya habis? Bila kapal jatuh ke kedalaman 600-700 meter, mampukah kapal bertahan beberapa hari atas tekanan kolom air laut, apalagi bila terseret Arlindo ke tempat lebih dalam dan arus yang kuat?
"Secara logika, kecil kemungkinan Nanggala dapat ditemukan dan dievakuasi orang-orangnya sebelum oksigennya habis," tutur Awang. "Tetapi bila Tuhan berkehendak, Nanggala bisa saja diselamatkan. Mari kita doakan," pungkasnya.