Nationalgeographic.co.id—KRI Nanggala-402 belum juga ditemukan hingga Jumat siang ini, 23 April. Kapal selam militer Indonesia yang membawa 53 orang kru itu dilaporkan hilang sejak Rabu dini hari, 21 April 2021.
Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Yudho Margono mengatakan kapal selam KRI Nanggala masih memiliki oksigen hingga tiga hari ke depan sejak kehilangangnya. Ia berharap KRI Nanggala bisa ditemukan sebelum cadangan oksigen untuk para personel selama berada di bawah laut itu habis.
"Kalau kemarin saat hilang kontak pukul 3 dini hari (waktu Bali atau WITA), sehingga nanti bisa sampai hari Sabtu (24 April 2021) pukul 3 dini hari, karena cadangan oksigen 72 jam. Mudah-mudahan ini sebelum ini dapat segera ditemukan sehingga cadangan oksigen masih ada," kata Yudho di Bali, Kamis, 22 April 2021, seperti dikutip dari Tirto.id.
Yudho menjelaskan sempat ada kabar pergerakan benda serupa kapal selam. Namun, setelah dianalisis, benda itu adalah rumpon (alat penangkap ikan). Perkembangan terkini, ada benda dengan tingkat magnet tinggi dalam kondisi melayang di kedalaman 50-100 meter.
Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen TNI Achmad Riad memaparkan lebih lanjut bahwa KRI Rimau mendeteksi satu titik magnet yang diduga berasal dari KRI Nanggala di perairan utara Bali tersebut. "Ada satu titik magnet yang kuat. Mudah-mudahan itu tidak berubah dan akan dikejar itu. Mudah-mudahan itu jadi titik terang," jelas Riad dalam konferensi pers yang disiarkan langsung dari Bali, Jumat pagi, 23 April 2021, seperti diberitakan CNN Indonesia.
Baca Juga: Enam Fakta soal Kapal Selam KRI Nanggala-402 yang Hilang di Selat Bali
Hingga saat ini KRI Rimau masih menelaah apakah sumber titik magnet tersebut adalah Nanggala atau bukan. Pihak TNI juga sedang mengerahkan KRI Rigel yang punya perlengkapan pemantauan bawah laut (autonomous underwater vehicle), sonar, dan laser scanner, dan berharap kapal tersebut bisa tiba di lokasi pencarian siang ini untuk merinci gelombang magnet yang ditemukan KRI Rimau. Saat ini, KRI Rigel tengah dalam perjalanan menuju lokasi tersebut.
Riad menerangkan semua wilayah perairan di utara Bali yang merupakan area diduga titik terakhir hilang kontak KRI Nanggala akan menjadi kawasan pencarian. Dia pun memastikan upaya pencarian akan dilakukan dengan mengerahkan segala peralatan.
Bahkan, pemerintah Indonesia juga telah meminta bantuan negara tetangga, yakni Singapura dan Australia, yang memiliki kapal penyelamat dan peralatan lebih canggih. Kapal penyelamat kapal selam MV Swift dari Singapura diperkirakan akan tiba di lokasi pencarian paling lambat malam nanti.
Segala upaya yang dilakukan ini adalah usaha untuk berpacu dengan waktu. Sebab, kapal selama KRI Nanggala-402 harus ditemukan sebelum cadangan oksigennya habis agar semua kru yang ada di dalamnya bisa selamat.
Baca Juga: Bulan Purnama Bantu Membebaskan Kapal 'Ever Given' dari Terusan Suez
Dalam keterangan soal KRI Nanggala-402 yang hilang kontak itu, Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispen) Laksma Julius Widjojono merinci identitas 53 orang kru yang adalam dalam kapal selam tersebut. Nama-nama 53 orang tersebut adalah berikut.
1. Heri Oktavian - Letkol Laut (P), Komandan kapal selam KRI Nanggala-402
2. Eko Firmanto - Mayor Laut (P)
3. Wisnu Subiyantoro - Mayor Laut (T)
4. Yohanes Heri - Kapten Laut (E)
5. I Gede Kartika - Kapten Laut (P)
6. Muhadi - Lettu Laut (P)
7. Ady Sonata - Lettu Laut (P)
8. Imam Adi - Lettu Laut (P)
9. Anang Sutriatno - Lettu Laut (T)
10. Adhi Laksmono - Letda Laut (E)
11. Munawir - Letda Laut (P)
12. Rhesa Tri - Letda Laut (T)
13. Rintoni - Letda Laut (T)
14. M Susanto - Letda Laut (P)
15. Ruswanto - Serka Bah
16. Yoto Eki Setiawan - Sertu Bah
17. Ardi Ardiansyah - Sertu Ttu
18. Achmad Faisal - Sertu Kom
19. Willy Ridwan Santoso - Sertu Kom
20. M Rusdiyansyah - Sertu Eko
21. Ryan Yogie Pratama - Sertu Eki
22. Dedi Hari Susilo - Sertu Mes
23. Bambang Priyanto - Serda Bah
24. Purwanto - Serda Kom
25. Eko Prasetiyo - Serda Kom
26. Harmanto - Serda Ttu
27. Lutfi Anang - Serda Ttu
28. Dwi Nugroho - Serda Atf
29. Pandu Yudha Kusuma - Serda Ede
30. Misnari - Serda Eta
31. Setyo Wawan - Serda Saa
32. Hendro Purwoto - Serda Lis
33. Guntur Ari Prasetyo - Serda Mes
34. Diyut Subandriyo - Serda Lis
35. Wawan Hermanto - Serda Lis
36. Syahwi Mapala - Serda Lis
37. Wahyu Adiyas - Serda Lis
38. Edi Wibowo - Serda Lis
39. Kharisma D.B - Kopda Eta
40. Nugroho Putranto - Kopda Tlg
41. Khoirul Faizin - Kopda Mes
42. Maryono - Kopda Trb
43. Roni Effendi - Klk Eta
44. Distriyan Andy P - KLK Eta
45. Raditaka Margiansyah - KLS Isy
46. Gunadi Fajar R - KLS Isy
47. Denny Richi Sambudi - KLS Nav
48. Muh Faqihudin Munir - KLS Mes
49. Edy Siswanto - KLS Nav
Non ABK
50. Harry Setyawan - Kolonel Laut (P) - Dansatsel
51. Irfan Suri - Letkol Laut (E)
52. Whilly - Mayor Laut (E)
53. Suheri - PNS
Kadispen TNI AL sebelumnya mengatakan bahwa KRI Nanggala-402 diduga mengalami black out, mati listrik total. Akibatnya, kapal selam itu jatuh ke dasar laut, ke kedalaman 600-700 meter.
Pengapung otomatis yang bisa mengangkat kapal itu ke permukaan tidak berfungsi. Lalu, tangki BBM kapal pecah sehingga helikopter pada Rabu pagi menemukan tumpahan BBM di permukaan laut.
Seorang geolog independen bernama Awang Harun Satyana memiliki analisis sendiri terkait kondisi di lokasi yang diduga jadi titik hilang dan jatuhnya kapal selam itu. Lokasi perairan utara Bali yang memiliki kedalaman hingga 700 meter itu menurut Awang adalah "posisi yang genting."
"Posisi itu ada di tepi timur Paparan Sunda dengan lereng yang curam menuju tepi paparan. Lalu lokasi ini pun sangat dekat dengan Arlindo (Arus Lintas Indonesia) bagian tengah yang melintas melalui Selat Makassar dan Selat Lombok. Arus ini arus dasar laut yang kuat dan turbid, pekat, sehingga berenergi besar melintasi Indonesia bagian tengah dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia," tulis Awang dalam akun Facebook miliknya. Dia menambahkan, "Arus sekuat ini mudah saja membawa kapal di dasar laut bila ada di jalannya dan membawanya ke tempat dalam ke Selat Lombok lalu Samudra Hindia." Pertanyaan utama yang genting atas keadaan ini, menurut Awang, dapatkah kapal selam ini ditemukan sebelum kapasitas oksigennya habis? Bila kapal jatuh ke kedalaman 600-700 meter, mampukah kapal bertahan beberapa hari atas tekanan kolom air laut, apalagi bila terseret Arlindo ke tempat lebih dalam dan arus yang kuat?
"Secara logika, kecil kemungkinan Nanggala dapat ditemukan dan dievakuasi orang-orangnya sebelum oksigennya habis," tutur Awang. "Tetapi bila Tuhan berkehendak, Nanggala bisa saja diselamatkan. Mari kita doakan," pungkasnya.