Studi: Air Laut Akan Naik Lebih Tinggi daripada Perkiraan Sebelumnya

By Utomo Priyambodo, Selasa, 4 Mei 2021 | 16:00 WIB
Prediksi sebelumnya menyebutkan bahwa permukaan air laut akan naik setinggi 3,2 meter dalam 1.000 tahun ke depan. Menurut prediksi terbaru, kenaikan air laut selama abad berikutnya bisa jadi satu meter lebih tinggi lagi. (andrej67/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id—Para peneliti mencatat bahwa suhu Bumi terus meningkat akibat ulah populasi manusia. Suhu global yang terus meningkat membuat cadangan air yang kini tersimpan dalam bentuk lapisan es Antartika perlahan-lahan mencair ke lautan sehingga meningkatkan tinggi permukaan laut ke titik yang akan berdampak signifikan pada masyarakat pesisir.

Prediksi sebelumnya menyebutkan bahwa permukaan air laut akan naik setinggi 3,2 meter dalam 1.000 tahun ke depan. Namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa angka yang mengkhawatirkan ini mungkin sedikit terlalu optimis.

Menurut prediksi terbaru yang telah merevisi prediksi sebelumnya, kenaikan air laut selama abad berikutnya bisa jadi satu meter lebih tinggi lagi. Jadi, peningkatan tinggi laut dalam milenium berikutnya akan bertambah hingga 30 persen dibanding perkiraan sebelumnya.

Para peneliti mengatakan, ini adalah hasil yang akan memberikan implikasi serius bagi cara kita memodelkan efek kerusakan iklim di masa mendatang.

"Semua proyeksi kenaikan permukaan laut karena mencairnya lapisan es Antartika Barat yang didasarkan pada pemodelan iklim yang telah diterbitkan, apakah proyeksi tersebut meluas hingga akhir abad ini atau lebih lama ke masa depan, harus direvisi ke atas," kata Jerry Mitrovica, ilmuwan Bumi dan planet dari Harvard University.

"Semuanya!" tegas Mitrovica, dilansir Science Alert.

Baca Juga: Gunung Es Seluas Pulau Bali dan Seberat 1 Triliun Ton Mencair Hilang

 

Kenaikan air laut ini berhubungan dengan sesuatu yang disebut mekanisme pengeluaran air. Saat lapisan es mencair, batuan dasar Antartika, yang saat ini berada di bawah permukaan laut, akan naik, mengeluarkan air lelehan di sekitarnya ke laut juga. Tambahan air yang dikeluarkan itulah yang akan bertanggung jawab pada pengukuran ekstra.

"Besarnya efek tersebut mengejutkan kami," kata Linda Pan, ilmuwan Bumi dan planet dari Harvard University. "Studi sebelumnya yang telah mempertimbangkan mekanisme tersebut menganggapnya sepele."

Pan dan rekan-rekannya pertama kali menyadari efek tersebut saat mereka mengerjakan proyek perubahan permukaan laut yang berbeda dari proyek prediksi kenaikan air laut sebelumnya. Saat melakukan perhitungan, mereka memperhatikan bahwa ada kenaikan yang lebih besar dari mekanisme pengeluaran air daripada yang mereka kira sebelumnya, jadi mereka mengalihkan fokus mereka untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.

Mantel di bawah lapisan es Antartika Barat dangkal, dan memiliki viskositas rendah, menurut sejumlah penelitian. Ini berarti bahwa air akan menyebul ke atas dengan cepat, mendorong lelehan air. Hal ini telah diketahui selama beberapa waktu, tetapi kontribusinya terhadap kenaikan permukaan laut dinilai minimal.

Perhitungan terbaru tim ini menambahkan kompleks struktur viskoelastik tiga dimensi mantel, dan menggunakannya untuk memodelkan perubahan permukaan laut di masa lalu dan masa depan karena mencairnya lapisan es Antartika.

Baca Juga: Gunung Es Seluas Dua Kali Jakarta Lepas, Singkap Misteri Antartika

 

Selama periode interglasial terakhir, ketika kontribusi kenaikan permukaan laut dari runtuhnya lapisan es Antartika telah dihitung sekitar 3 hingga 4 meter, tim menemukan bahwa mekanisme pengeluaran air bertambah satu meter selama 1.000 tahun.

"Tidak peduli skenario apa yang kami gunakan untuk runtuhnya Lapisan Es Antartika Barat, kami selalu menemukan bahwa kenaikan permukaan laut global satu meter ekstra ini terjadi," kata Pan.

Saat memodelkan keruntuhan masa depan, mereka menemukan kontribusi serupa. Perhitungan tim menunjukkan bahwa ketika kita menambahkan mekanisme pengeluaran air, kita bisa melihat proyeksi kenaikan permukaan laut sebesar 18 persen pada akhir abad ini.

Temuan ini secara serius menyoroti perlunya tindakan segera untuk memenuhi target netralitas karbon yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris, sebelum kita melewati titik tanpa harapan. Laporan hasil riset Pan dan rekan-rekannya ini telah terbit di jurnal Science Advances.

"Kenaikan permukaan laut tidak berhenti ketika es berhenti mencair," tegas Pan. "Kerusakan yang kita lakukan pada garis pantai kita akan berlanjut selama berabad-abad ke depan."

Baca Juga: Petaka dari Dasar Bumi dan Luap Laut Jakarta. Apakah Kita Siap?