Sesuai dengan permintaan Gemtasu, Lohmann kembali ke Papua Nugini untuk menyaksikan dan memotret proses mumifikasi. Tujuh orang lelaki dewasa, termasuk cucu Gemtasu, memulai proses mumifikasi dengan tanah liat putih yang dioleskan pada wajah mereka,sebagai tanda duka.
Berdasarkan peraturan upacara, mereka tidak diizinkan meminum air selain jus tebu dan hanya boleh memakan makanan yang dimasak di atas api yang sedang mengasapi tubuh Gemtasu.
Lohmann mengamati seluruh rangkaian selama satu minggu. Dia menyaksikan tubuh Gemtasu membengkak, menghitam, dan akhirnya mengeras. Tujuh orang yang melakukan ritual akan mengoleskan cairan dari tubuh Gemtasu pada diri mereka sebagai salah satu tindakan untuk memilihara semangatnya.
Dalam aturan tersebut juga dikatakan, orang-orang tersebut tidak diizinkan untuk mencuci diri mereka selama proses mumifikasi yang memakan waktu selama tiga bulan. Mereka juga tidak diperkenankan meninggalkan lokasi tersebut.
Tujuan mumifikasi dalam budaya Anga adalah untuk mengejar kehidupan yang kekal, atau setidaknya merasakan kehadiran secara fisik bagi mereka yang telah meninggal. Dalam tradisi mereka, tahap akhir dari proses mumifikasi adalah membawa mumi dan menempatkannya di tebing batu yang menghadap ke desa.
Pada tahap itu pula tubuh yang baru meninggal perlahan-lahan membusuk dan kerangka abadi mereka menjadi pengingat bagi orang-orang yang masih hidup.
Baca Juga: Penemuan Mumi Lumpur Langka dari Mesir Kuno Kejutkan Para Arkeolog